Diri Ini Bukan Yang Dulu

Semuanya ingin berubah yang terkadang sengaja melakukan perubahan. Ada juga yang bertahun-tahun menganggap dirinya tidak ada perubahan yang padahal secara fisik berangsur-angsur berbeda.
Yang terpenting perubahan awalnya jelek jadi membaik. Apapun itu standarnya adalah hukum Allah. Inilah perubahan yang sebenarnya dimiliki.
Biasanya perantauan memberikan efek yang lebih besar dibanding hidup bersama orang tua di kampung halaman. Merasakan sulitnya hidup sendiri tanpa bermanja-manja, mengulurkan tangan dan ingin disediakan. Kini bagaimana cara pelaksanaan hidup yang bener berada dalam keadaan yang baik saja.
Bertambah usia semakin matang untuk melakukan hal-hal yang lebih penting. Meninggalkan sesuatu yang dapat memperburuk kualitas hidup.
Meskipun ada banyak menghabiskan waktu kesehariannya seperti bermain game namun aku tidak menjadi bagian itu. Jadi diri tidak ditemukan begitu saja tanpa proses.
Ada banyak faktor yang membantu memberi pemahaman. Hampir setiap hari duduk berada di majelis ilmu mendengarkan nasehat yang terkadang menikam. Kata-kata yang selama ini dibutuhkan memiliki dalil yang jelas. Punya nilai kebenaran bukan ucapan kosong.
Proses menepati jalan kehidupan berbagai arahan yang diterima. Memudahkan untuk menuju sesuatu yang dulu tidak pernah dipahami. Mempelajari ilmu Islam menjadi aktivitas keseharian yang tidak bisa ditinggalkan. Teori-teori dikuasai dan melakukannya atas dasar apa yang sudah dipelajari. Terasa indah di banding kehidupan sebelumnya pernah dengan kekacauan.
Perbedaan ini semakin terasa banyak yang bertanya kenapa tidak seperti dulu. Misalkan sukanya nongkrong bahas kejelekan orang kini sudah tidak peduli mengutamakan penjagaan lisan.
Hati mudah sakit karena kesakitan itu juga pernah dialami bahkan sempat terpukul. Tangisan tidak mengubahnya berdiam diri di kamar berlama-lama. Carilah temen yang siap membersamai suka duka cerita hidup.
Harapan besar perubahan baik bertahan hingga akhir hayat. Kejelekan yang masih ada dihilangkan jejak-jejak mengandung dosa. Taubat yang sebenarnya dan inilah yang pantas dilakukan selalu kuat dan semangat. Tantangan rintangan dihadapi sebagaimana orang-orang yang beriman dijadikan contoh.
Bukan menjadi orang yang dulu adalah yang dikehendaki oleh semua orang. Berhasil atau tidaknya tergantung seberapa serius kita memikirkannya dan seberapa kuat penerimaan atau penolakan nantinya ditemukan untuk dicerna sebagai penerapan pada kehidupan. Terus melakukan pemrosesan hingga merasakan hasil akhir yang diabadikan.
Editor :Esti Maulenni