Sekedar Gemar Makan Ikan, Tidak Akan Selesaikan Stunting

SIGAPNEWS.CO.ID - Ikan merupakan makanan dengan kandungan zat gizi yang memiliki peran besar dalam perkembangan otak dan merangsang pertumbuhan sel otak di masa balita. Hal inilah yang mendorong pemerintah mengkampanyekan gemar makan ikan sebagai upaya untuk mencegah dan menurunkan prevalensi stunting.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa pemerintah menargetkan prevalensi stunting bisa turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Tidak dipungkiri banyaknya anak-anak yang mengalami stunting disebabkan oleh kurangnya makanan bergizi yang dikonsumsi masyarakat, khususnya ibu hamil sebagai pemberi nutrisi pertama bagi bayi selama dikandungan serta balita yang dalam masa pertumbuhannya.
Jika kita amati kurangnya konsumsi ikan oleh masyarakat bukan disebabkan tidak fahamnya mereka akan nilai gizi yang terkandung dalam ikan. Tetapi lebih disebabkan karena kemiskinan yang mereka alami. Sudah banyak diketahui, walaupun negri ini dikenal dengan luasnya wilayah perairannya. Tetapi tetap saja mereka tidak mampu membeli ikan. Jangankan memilih makanan yang bergizi, mereka sudah cukup bersyukur ketika bisa makan setiap harinya. Sebuah hal yang wajar jika maayarakat kian hari kian miskin dan kurang gizi, karena kebutuhan hidup yang terus meningkat, mulai dari harga sembako yang melonjak naik. Naiknya berbagai tarif, seperti tarif listrik, air, tarif internet, pulsa, tol, pengiriman, BPJS, pendidikan, BBM, pajak, dll.
Kondisi seperti ini, tidak terlepas dari diterapkannya sistem kapitalisme di negeri ini. Sistem kapitalisme telah memberikan kepengurusan rakyat terutama sumber daya alam (SDA) kepada pihak swasta dalam negeri maupun luar negeri. Mereka diberikan kebebasan untuk menguasai SDA atas nama investasi. Jadilah Keuntungan menjadi tujuan utamanya. Sehingga, walaupun negeri ini kaya, rakyat tidak bisa menikmatinya. Mereka harus mampu memiliki cukup uang untuk bisa membayar harganya.
Dari sini tampak nyata, bahwa mengatasi stunting dalam sistem kapitalisme ini adalah hal yang mustahil. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO menetapkan batas kebolehan suatu negara mengalami stunting sebanyak 20 persen. Hal ini, menggambarkan seolah-olah kasus stunting memang lumrah didalam sistem kapitalisme. Masalah stunting tidak akan pernah selesai, sistem kapitalisme memberikan celah yang tinggi antara yang kaya dan miskin.
Melihat akar masalah tersebut, solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah stunting adalah dengan kembali kepada Aturan Allah Swt. yakni Islam. Hanya Sistem Islam Solusi Tuntas Masalah Stunting
Dalam penerapan sistem islam terdapat seperangkat sistem ekonomi Islam. Dalam Islam, negara wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok per individu rakyat. Mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, dan Pendidikan melalui kekayaan alam milik umum yang dikelola negara. Tanggungjawab negara dibangun berdasarkan tanggungjawab kepada Allah Swt. Sehingga seorang pemimpin akan bekerja penuh tanggungjawab dan amanah. Pelayanan akan diutamakan bukan menjadi keuntungan. Dari sini masyarakat akan benar-benar mampu menikmati kekayaan alam yang dimiliki. Namun persoalan kemiskinan juga bertautan dengan sistem yang lain. Seperti, sistem pendidikan, ekonomi, sanksi, pergaulan, kesehatan dll. yang diterapkan dalam sebuah negara yaitu khilafah. Khilafah menerapan syariat Islam yang kaffah, agar permasalahan bisa selesai hingga ke akar-akarnya. Wallahu a'lam bishshowab.
Adinda Khoirunnisa - Aktivis Muslimah
Editor :Esti Maulenni