Pasangan Tidak Ditemukan Kesempurnaan

Kita tidak bisa menuntut kesempurnaan bagian dari kehendak hati. Maunya kita belum tentu bisa dipahami secara praktiknya. Dua insan dasarnya saja untuk saling melengkapi. Beda kepala tidak selamanya semua persamaan. Lagi pula tidak ada yang lebih hebat.
Sekuat apa pun akan merasa sakit, secerdas apa pun bisa lupa teorinya, dan sehebat apa pun akan ditimpa masalah. Bukan berarti kesalahan bisa dimaklumi dan dilepaskan begitu saja. Masih bisa dicarikan solusi dan diskusi.
Kalau belum matang kadang suka berontak sendiri pada realita. Apa yang ada dibenak tidak semua harus diwujudkan. Ujung-ujungnya kecewa mau bebas membawa diri untuk kabur. Lupa kalau masalah juga bagian dari hidup. Kebahagiaan dan kesedihan itu tidak jauh. Disinilah ada peran menyelesaikan masalah secara bersama.
Harapan semua orang mau yang baik-baik saja bahkan memilih yang terbaik. Mana ada yang betah diposisi yang tidak disukai. Itu karena bisa menyikapi dengan sabar dan benar. Nah itu penting menjadi tugas terbesar bahwa kita harus menghadapi tantangan hidup satu persatu maupun secara serentak.
Media sekarang bahas keluarga skenario yang sengaja produknya supaya baper. Terinspirasi dari fiksi itu seperti lagi berbunga tanpa disadari bunga bisa layu. Karena menyaksikan cerita mengagumkan mudah menanggapinya kapan saja serba instan hanya bermodal berpikir.
Kejadian pada kehidupan tidak persis apa yang ditayangkan. Pada saat mengalami kepahitan bisa berubah suasana hati secara mendadak. Akibat mengambil sesuatu dari bayangan dan menyimpulkannya dengan instan. Sehingga terbatas itu tidak mencari sumber yang lebih jelas, detail dan mendalam.
Meskipun rasa bahagia bisa diberlakukan sepanjang hari hingga akhir hayat. Suka dukanya dinikmati prosesnya. Yang kuat beriman bukan berarti tidak memiliki masalah mungkin lebih banyak benturannya.
Karena bisa menutupi sekaligus berusaha diselesaikan bukan diumbar. Mau bagi cerita pada waktu yang tepat misalkan sebagai motivator. Lagi pula manusia tidak semuanya tepat mengatakan baik buruk kejadian bisa jadi kebalikannya.
Editor :Esti Maulenni