Belum Siap Nikah Jadi Sorotan Publik

Hidup memiliki prinsip
Maraknya pernikahan hampir setiap hari menerima undangan bukan memberi undangan. Terutama menginformasikan pernikahan teman seangkatan,teman sekelas dan bahkan yang pernah menjadi adik kelas.
Pernikahan sebagai baiat cinta dan merupakan penyatuan dua insan yang saling mencintai. Moment indah yang tidak mudah dilupakan sepanjang hidup setiap orang. Memulai kehidupan dan berstatus baru yang di bangun atas nama berkeluarga.
Tidak seharusnya ikatan ini diawali dengan berpacaran. Yang katanya berguna untuk saling mengenal kebiasaan baik buruk ataupun kepribadian calon untuk dipasangkan. Bukankah pacaran semuanya bernilai manipulasi menampilkan yang baik-baik dan menutup rapat-rapat tentang keburukan. Pengenalan yang tidak tahu kebenarannya atau aslinya. Hanya menilai kebaikannya melalui cara ia memperlakukan kepada pasangannya. Seperti halnya mengajak jalan-jalan, makan bersama, baju couplean, dan lainnya.
Siang dan malam di lewati bersama tak ingat lagi dengan penggunaan waktu. Ketika tidur pun saling mengabari jarak jauh yang saat ini sering digunakan yaitu video call. Anehnya pembahasan tidak pernah habis di komunikasikan setiap hari dan betah berlama-lama. Sudah banyak waktu yang dihabiskan ada yang mengakuinya selama 6 tahun atau hanya 2 bulan. Bahkan sudah bergonta-ganti orang sebagai pacarnya selama setahun.
Sedangkan para jomblo yang tidak pernah diisukan berpacaran. Dijadikan sorotan bahkan bahan tempat bulian kebanyakan orang. Padahal jomblo adalah pilihan yang berprinsip. Pacaran yang diharamkan sekaligus ditambah memberi ejekan kepada para jomblo. Dua kesalahan yang kelihatannya tidak buruk dalam pandangan sebagian besar.
Meskipun jomblo tidak pernah jalan bersama, komunikasi berdua dan menjalin percintaan. Bukan berarti jomblo tidak memiliki jodoh. Hanya saja akan ada masanya untuk melepaskan status lajangnya. Banyak manfaat yang didapatkan jomblo dan hanya mereka yang merasakannya.
Memiliki waktu yang banyak bisa mengerjakan berbagai macam hal tanpa ada yang mengatur dan mendapatkan larangan seperti orang yang berpacaran. Apa-apa dibatasi,tidak dibolehkan,diatur-atur lebih sadis dari suami istri.
Para jomblo dalam aktivitasnya bisa lebih fokus tanpa terbebani dengan permintaan manja dari lawan jenisnya. Hasil kerja bisa untuk menabung, orang tua dan lainnya. Kalau pacaran memberi biaya kepada yang tidak jelas statusnya. Minta dijemput,diantar,ditemani dan tempat aduan. Ribetnya pacaran mengekang hidup sampai sulit bergerak bebas. Mau melakukan apa pun meminta izin,memberi kabar, dan seperti orang yang diikat.
Mudahan kita termasuk orang yang anti pacaran. Meskipun kelihatannya sosweet namun dibalik itu semuanya adalah kerugian. Tampak manis di luar sebenarnya sedang berada di kepahitan. Sudah sepantasnya kita meninggalkan dan mempersiapkan diri dengan terus melakukan perbaikan dalam diri. Senantiasa mencari keridhoan dan melayakkan diri sebagai orang yang siap terjun bangun rumah tangga dengan ilmu yang menjadi bekalnya.
Editor :Esti Maulenni