Selesai Wisuda Berkarir di Rumah Tangga

INSPIRASINEWS - Besar keinginan orang tua melihat anaknya selalu bahagia dan akan menitipkan anaknya kepada orang yang tepat. Tidak ingin anaknya diperlakukan buruk yang tidak seperti penjagaan mereka.
Sejak dikandungan saja, memperhatikan asupan yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang mengandungnya, kesehatannya, dan hal apa saja yang tidak diperbolehkan agar tidak dilakukan.
Mendengar kelahirannya sebuah kabar yang menggembirakan. Hari demi hari proses yang lama memberikan penjagaan dan memeliharanya sampai dewasa bahkan tua.
Orang tua tidak pernah menghitung seberapa banyak harta yang dihabiskan oleh anak. Giat bekerja untuk memenuhi keinginan mereka meskipun di hati kecil ayah ibu ingin membeli sesuatu yang sudah lama diinginkan. Tetapi memprioritaskan anak dan melupakan mimpinya.
Uang hanya mencukupi hal-hal tertentu dan tidak semua bisa diadakan. Sehingga ketika kebutuhan tercukupi lalu bisa mewujudkan keinginan anak memiliki rasa bahagia tersendiri.
Orang tua memberikan kehidupan mereka semuanya untuk anak. Jadi jangan pernah berpikir tidak terpenuhi permintaan memunculkan kebencian dan berfikir orang tua tidak punya perasaan. Bisa jadi kemampuannya sudah mencapai batasnya.
Orang tua juga sedih melihat keinginan anak yang tertunda. Jika hidup membandingkan dengan teman yang serba bisa memiliki semua permintaan yang diajukan kepada orang tuanya dengan orang tua sendiri adalah kekeliruan.
Setiap keluarga berbeda ditambah lagi mencari uang semakin sulit. Perjuangan yang besar untuk bisa menyekolahkan anak sampai duduk di bangku kuliah. Mengirim uang setiap bulan biaya sehari-hari, kos dan kuliah. Tanpa tau apakah uangnya ada untuk dikirim atau tidak.
Luar biasa cinta ayah ibu yang tidak tergantikan. Mereka orang yang spesial kehadirannya tidak seperti orang lainnya.
Sebelum wisuda memberi kabar bahwa ada sosok laki-laki yang datang melamar dan meminta persetujuan. Orang tua tidak pernah memaksa harus bekerja setelah wisuda dan mengatakan menguliahkan sangat melelahkan.
Berbeda dengan pandangan orang lain bahwasanya anak harus balas jasa dengan gaji untuk orangtua bahkan membiayai dihari tuanya.
Pada akhirnya pernikahan diselenggarakan dan pada saat wisudanya ditemani oleh pasangan yang sah. Terlihat senyuman lebar dengan pipi kemerah-merahan. Banyak yang memberikan komentar terutama orang-orang yang mengenalnya.
Sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya ke dapur dan wanita ikut bersama suaminya. Tanpa aba-aba lagi untuk orang tua langsung pergi untuk meninggalkan dengan jarak yang jauh.
Inilah yang terkadang menjadi alasan untuk membedakan pendidikan anak laki-laki dan perempuan.
Yang mana laki-laki selalu terikat bertanggung jawab atas orang tuanya meskipun sudah menikah bisa diandalkan dan bekerja keras untuk melanjutkan kehidupan sedangkan perempuan bergelar sarjana dan kebanyakan berdiam diri di rumah. Untuk apa ilmu yang dipelajari selama ini begitulah kira-kiranya.
Padahal wanita harus berpendidikan tinggi karena merekalah mencetak generasi unggul dan mendidik bukan basa-basi. Wanita menyelesaikan kuliah dan memutuskan memilih nikah tidak ada salahnya begitupun lelaki.
Jika wanita setelah wisuda bekerja beberapa tahun lamanya boleh-boleh saja. Kalau bisa bekerja dan menikah memiliki pasangan yang sayang dengan harapan kita. Ada yang menguatkan, memberi bantuan dan menemani menaungi jalan hidup.
Editor :Esti Maulenni