Salahkah Pamer Kebahagiaan Di Sosial Media

Kebanyakan dari kita suka posting berbagai hal yang mengekspresikan tentang diri ataupun ingin memberi informasi yang perlu diketahui. Aktif di kehidupan dunia maya menjadi kebiasaan umum yang sebagian kecilnya offline dan super aktif di dunia nyata. Jarang seperti itu kadang aktif di dunia nyata tapi tak seaktif seperti dunia maya.
Dulu saja anak-anak main bersama di alam terbuka dengan fasilitas seadanya punya kesan tersendiri. Ingatkah dengan aktivitas yang dilakukan anak perempuan main masak-masakan di pondok melakukan jual beli dengan menggunakan uang dari daun dan tumbuhan jadi bahan mentahnya. Masih banyak permainan yang tidak bisa diceritakan. Kini mengekspresikan diri sedang bermain misalkan main bola di hp cukup dengan membagikan screenshotnya.
Kegiatan sehari-hari buat status memberitahu keadaan bahwasanya sedang begini begitu. Jalan keluar kota diposting tanpa kita cari tahu tidak sengaja scroll layar langsung dapat kabar. Respon memberi like comment atau tidak sama sekali hanya menyimaknya.
Tidak masalah melakukan postingan cuma tidak semua diposting. Bisa jadi adalah keinginan orang lain yang belum terwujud beri efek sedih menghayalkanya jadi punya penyakit hati. Posting kemesraan dibaca oleh orang yang ingin nikah ia belum punya biaya nikah belum sanggup beri biaya hidup. Bagaimana jika kejadian itu terjadi pada diri kita. Lagian memang tidak dibenarkan posting kemesraan di publik memunculkan nafsu.
Foto yang cantik-cantik dan lucu kita simpan saja di album galeri tidak perlu semuanya ditunjukkan kepada dunia. Dihindari saja bisa jadi foto digunakan orang yang tidak suka sehingga berniat merusak kebahagiaan itu. Kejadian tidak satu atau dua kali misalkan suka dengan seseorang namun tak terwujud berakhir dengan dukun.
Di dalam islam ada yang namanya penyakit ‘ain. Disebabkan seseorang ingin apa yang kita miliki. Entah apa yang dirasakan seseorang itu sehingga kita bisa ikut merasakan ketidaknyamanan dalam diri secara tiba-tiba. Tanpa tahu sebabnya secara jelas makanya berhati-hatilah. Kita tidak bisa menebak siapa yang suka siapa yang tidak suka kepada kita.
Kebayang memosting makanan yang enak dilihat orang yang sedang lapar hanya bisa memakan makanan yang ada. Mungkin sesekali menghayalkan makanan yang tidak ada. Belum lagi memamerkan barang-barang yang cantik di intip oleh orang yang juga ingin memiliki semua itu. Masing-masing kita punya kebahagiaan dan berbagi bahagia bukan dengan memperlihatkannya meskipun tidak berniat pamer. Transfer bahagia berikan sikap sesuai islam nantinya kita semua berada pada koridor yang membahagiakan.
Editor :Esti Maulenni