Sibuk Cari Rezeki Dengan Menjauhi Pemberi Rezeki

Setiap orang berkeinginan untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi untuk jadi kenyataan. Tidak mungkin kita menjadi pengadah tangan atau meminta-minta kepada orang lain seperti pengemis. Meskipun demikian yang terbaik adalah mendapatkan hasil dari keringat sendiri. Bekerja juga termasuk ibadah dan konsepnya lebih baik kita memberi daripada meminta. Apalagi kita masih muda energinya banyak dengan kekuatannya bisa melakukan banyak hal.
Rezeki yang kita dapatkan bisa memenuhi kebutuhan dan setidaknya beberapa keinginan bisa kita dapatkan. Yang menjadi standar dapet rezeki itu bukan karena seberapa keras kita bekerja. Semua tergantung kehendak memberi seberapa porsi yang akan kita terima. Kita tidak boleh sibuk bekerja sampai melalaikan kewajiban-kewajiban yang lainnya. Merasa tidak puas dan kita memang tidak akan pernah puas malah akan semakin terasa haus ingin berenang di lautan.
Menjadi kaya itu boleh saja, ketika sudah memiliki banyak kekayaan terus melakukan ambisi memperbanyak harta diikuti dengan rasa pelit, sombong,mudah meremehkan orang lain maka ini sangat berbahaya. Yang kadang nya seseorang melewati waktu sholat demi memuluskan ambisi dunia yang bersifat sementara. Sedikitnya dalam melakukan ibadah dan dikasih kekayaan yang berlimpah bukan berarti karena sayang kepada hamba bisa jadi sebagai bentuk istidraj.
Coba kita bandingkan dengan kasus yang lainnya. Misalkan sudah bekerja dengan maksimal dan mampu mengatur dengan pilihan hidup yang terbaik hingga bisa memenuhi semua kewajiban-kewajiban. Uang didapatkan tidak hanya kenyamanan hidup tapi berkeinginan juga membantu orang lain dan di sekitarnya. Pada dasarnya hidupnya kecukupan dan tabungan akhirat penuh berlimpah bukankah ini yang menjadi target kita.
Dengan memberi kepada yang lain bukan berarti kita menghabiskan kekayaan malah sebaliknya memiliki investasi akhirat dan memudahkan dalam menempuh perjalanan hidup. Semangat dalam bekerja tidak sebatas itu saja namun juga semangat dalam hal ibadah lainnya. Kita hidup bukan sekedar hidup selagi hidup inilah kita membawa bekal sebanyaknya untuk pergi ke kampung dan tidak akan pernah kembali lagi pada dunia.
Editor :Esti Maulenni