Kepentingan Dalam Moderasi Beragama

Pemerintah sangat serius memperkenalkan moderasi beragama sebagai jalan mewujudkan keberagaman yang selama ini kurang bersatu. Ini merupakan RPJMN 2020-2024 yang hingga hari ini menghabiskan 3,2 Triliyun. Pada awalnya ide moderat ini pertama kali dijumpai di lembaga amerika Ran Corporation.
Diberitakan bahwa duta besar seperti Amerika, Jepang dan Tiongkok memberi apresiasi munculnya buku moderasi beragama dengan menggunakan tiga bahasa yaitu inggris, arab dan mandarin. Dianggap sebagai langkah mendamaikan dunia dan bukankah ini bagian dari proyek yang mereka inginkan? Hadirnya moderasi beragama menjadi tanda tanya dibalik ini semua pasti ada sebab akibatnya.
Citra jokowi yang dinilai kurang damai dengan umat islam. Pemberian stigma negative menimbulkan kegaduhan sebagian besar orang islam menjadi bingung dan islamphobia terhadap ajarannya sendiri.
Yang dari dulu menjumpai ciri-ciri celana cingkrang dan bercadar kadang perlu hati-hati. Menekankan adanya ajaran sesat pengkajian yang bertopeng agama haus terhadap kekuasaan. Orang Islam jadi takut untuk menghadiri pengajian dan was-was. Belum lagi adanya kemunculan teroris yang suka meneror. Baru-baru juga densus 88 sita kotak infaq, buku kajian, dan anak panah .
Kasus pencabulan 12 santriwati sebagian menyebutnya pesantren. Tentu orang Islam ingin mengamankan diri terhadap hal yang diisukan memberi rasa takut tersendiri. Dalam pengambilan langkah membentuk pemikiran harus lebih berhati-hati yang kadang lebih baik menjauhkan diri dari yang diberitakan.
Moderasi beragama setidaknya mengatasi kelompok yang dibilang sebagai orang radikal. Perlu dipahami radikal itu mempelajari Islam secara dalam dari akarnya. Menginginkan penerapan Islam yang sempurna.
Ditegaskan KSAD pak dudung bahwa belajar jangan terlalu dalam dan Buya syakur mengatakan bahwa Islam itu belum sempurna. Demikian mendapatkan penilaian bahwa pak Dudung citranya kurang bagus dan Buya syakur sebagai sesepuh liberal. Banyak lagi kasus yang terjadi di negeri kita pro kontra belum ada penyelesaiannya.
Disampaikan ustadz Adi Hidayat bahwa agama Cuma satu yaitu Islam selebihnya itu adalah penyimpangan dari syariatnya. Keberagaman di negara kita tidak saling memanas hanya saja agama yang nampaknya paling sering dijadikan pembahasan.
Sampai dijadikan Islam nusantara, Islam alternatif,dan perlu rekontekstualisasi fikih. Islam yang diyakini satu meskipun ada perbedaan dalam pendapat tujuannya sama. Yang kini dipecah-belahkan bagaikan buih di lautan hilang persatuan kesatuan menjadi tak berdaya.
Dengan ide moderasi beragama harapannya apakah bisa mewujudkan perdamaian atau malah melebarkan masalah. Moderasi bisa jadi alat untuk mengadu dombakan antara barat dan muslim. Demi melanggengkan kekuasaan yang tidak boleh diganti oleh siapapun kepemimpinannya.
Dimana kapitalis dan liberalisme dianggap dzhalim dan membuat kerusakan. Kebijakannya atas dasar kepentingan meraih materi bukan semata-mata memberi pelayanan terbaik . Tidak untuk mengutamakan orang yang akan dipimpin justru mengabadikan menjadi pemimpin.
Editor :Esti Maulenni