Edukasi Rakyat Melalui Pendidikan

Dalam keluarga pendidikan merupakan salah satu prioritas yang penting. Bisa memberikan kecerdasan yang sebelumnya tidak mengenal informasi yang didapatkan dari pendidikan.
Harapan besarnya menginginkan ada perubahan yang menghantarkan untuk menemani langkah menuju masa depan. Dalam arti setidaknya memiliki modal dan bukan buta informasi.
Tidak sedikit kita jumpai menyerahkan anak dalam proses pembelajarannya secara totalitas pada pendidikan. Hingga minimnya mendidik dalam ranah keluarga. Yang melatarbelakangi ini adalah karena kepercayaan yang sangat tinggi pada pendidikan. Lagipula tidak semua memiliki pemahaman bahwa pendidikan yang pertama ada di rumah.
Menurut BPS Agustus 2021, tingkat pendidikan tercatat Tidak/belum pernah sekolah 23.905 Orang, Tidak/belum tamat SD 431.329 orang ,SD 1.393.492 orang , SLTA/Umum 2.472.859 orang, SLTA/Kejurusan 2.111.338 orang, Akademi/Diploma 216.024 orang, dan Universitas 848.657 orang. Total keseluruhannya berjumlah 9.102.052 orang.
Dari data kita bisa baca bahwa tingkat pendidikan belum sekolah hingga tamat SLTA berjumlah 6.432.923 orang sedangkan Akademi dan universitas berjumlah 1.064.681 orang.
Wawasan bisa didapatkan dimana saja baik formal maupun non formal. Hanya saja materi pada pendidikan didapatkan lebih tertata rapi dan sistematis. Sehingga perlu memiliki visi pendidikan yang bisa melahirkan generasi cemerlang dan membangun peradaban bangsa.
Meskipun dizaman digital ini informasi mudah didapatkan namun tidak semua sebagaimana ibu adalah madrasah pertama dan ayah melakukan pengawasan dan pemimpin. Sebagian kurang yakinnya akibat tamatan pendidikan orang tua yang rendah. Lebih percaya kepada pendidikan punya kurikulum dan guru berpendidikan lebih tinggi.
Sempat ada protes visi pendidikan Indonesia 2035 yang berbunyi “Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila”
Tidak ditemukan frasa agama yang menjadi sorotan berdasarkan nilai budaya dan Pancasila saja. Adanya konterversi ini mengakibatkan pak Nadiem mengatakan visi pendidikan belum dijadikan final. Agama tetap dimasukkan hanya saja masih dalam proses rancangan.
Disisi lain bahwa pendidikan yang berbasis agama tolak ukurnya terbukti mendapatkan hasil yang memuaskan. Kita bisa mengetahuinya mengenai sejarah tercetaknya generasi yang hebat. Apa lagi jika hari ini landasannya adalah berbasis aqidah Islam. Membina dari dasar memberi penguatan dari akar hingga bertambahnya jenjang semakin tinggi pembahasannya.
Peran agama memberikan kemudahan dalam semua aktivitas. Kehidupan akan terarah dan berkah didasari petunjuk yang benar. Di pendidikan berpeluang melahirkan generasi emas mengarahkan peradaban yang tinggi.
Maka tidak bisa kita lupakan frasa agama harus ada dan tidak boleh tidak ada. Kalau bisa diperbanyak materi agama karena sangat mampu mengaitkan dengan teknologi,sosial, ekonomi, perkembangan zaman,dan lainnya
Editor :Esti Maulenni
Source : Kompas