Bersahabat Dengan Keluarga

Muslimah yang nanti akan dipertemukan dengan jodohnya. Sudah seharusnya memahami meskipun hidup di tanggung sama suami bukan berarti sepenuhnya bisa dikuasai.
Hidup mandiri seatap ataupun masih serumah dengan orang tua tetap ada kewajiban berbakti kepada orang tua. Demikian bakti ini juga diemban kepada muslimah bahkan sudah meninggal dunia pun islam kasih petunjuk cara berbakti.
Setiap dari diri muslimah dan muslim yang kini hidup di atas janji suci. Tidak akan pernah bisa melupakan asal-usul kehidupannya, kampung halaman, dan sepanjang hidupnya akan selalu bersama orangtua. Maka tidak boleh ada keegoisan antara satu sama yang lain.
Sudah jelas muslimah lebih mencintai keluarganya daripada keluarga suami dan begitu juga sebaliknya. Kalau bisa tidak dinampakkan perbedaan seperti adil dan menyayangi semuanya.
Supaya tidak saling bermusuhan maka harus bisa menempatkan sesuatu dengan baik. Muslimah harus bangga Jika suami mampu memperlakukan secara baik kepada keluarganya. Bukti ada kemampuan membina keluarga inti yang dibangun bersama istri.
Tidak perlu khawatir bahkan banyak sekali muslimah yang kedudukannya sebagai menantu bisa diperlakukan seperti anak perempuan sendiri. Selagi bisa memperlakukan keluarga suami dengan baik maka berpeluang untuk dihormati juga.
Melakukan ini semua bukan asas manfaat melainkan mencari keridhaan Allah. Jika bukan dianggap seperti anak sendiri tidak perlu kecewa karena tidak boleh menaruh harapan yang besar kepada manusia.
Begitu juga terjadi pada keluarga muslimah tidak ingin anaknya hilang begitu saja dan menjauh. Seperti terpisah menyedihkan sekali orang tua rindu momen bersama anak kecilnya.
Intinya setiap keluarga baik itu muslimah dan muslim sama-sama ingin menjalin kedekatan dengan anaknya beserta pasangan hidup yang menemani anaknya. Tidak ada salahnya membangun jaringan cinta yang besar saling menyayangi satu sama lain. Beberapa keluarga saling tolong-menolong, memberi dukungan dan saling mendoakan.
Editor :Esti Maulenni