Minta Penghargaan Atas Kebaikan

Dalam rumah tangga tidak selamanya bangunan itu kuat pondasinya. Sesekali mudah roboh, goyang dan perlu renovasi.
Masalah adalah pemberian yang tidak bisa dihindari kecuali dihadapi dengan solusi yang benar. Seni kehidupan variasi nya terdapat gelombang yang menghantam menguji dalam ketaatan.
Kadang istri sudah berhasil dalam perlakuan baik terhadap suami dan keluarga suami. Namun tidak sampai di situ ujian berikutnya muncul rasa kecewa akibat dari dalam diri mengharapkan kebaikan.
Lupa bahwa ujian itu membuktikan kuat atau tidak dalam mempertahankan kebaikan. Rasa kecewa demikian berusaha mengungkit kebaikan apa saja yang dilakukan sehingga melukai orang yang telah menerima pemberiannya.
Kebaikan yang sudah dilakukan harusnya dilupakan saja dan berusaha melakukan kebaikan-kebaikan yang lebih banyak lagi. Jika kita memfokuskan diri pada kebaikan yang pernah dilakukan itu bisa merusak amalan dan menyakiti diri sendiri dan yang di sekitarnya. Maka penting memahami tidak mengungkit sebagai pembelaan diri.
Lalu keputusan yang diambil adalah menghadapi masalah sesuai dengan petunjuk islam menguatkan keimanan. Jika terdapat kelemahan maka tanda menunjukkan imam sedang tidak baik-baik saja.
Keputusannya lebih memperhatikan coba mengupgrade dan memiliki wawasan yang lebih luas mendalami penyelesaian masalah.
Semakin kuatnya keimanan dalam diri semakin besar ujian biasanya bisa ditaklukkan besarnya keyakinan terhadap canda gurau dunia.
Tidak hanya istri tetapi suami juga perlu mengkaji islam lebih mendalam lagi. Secara bersama-sama menghadapi dengan visi misi yang sama lebih jelas arahnya.
Demikian istri tidak boleh minta penghargaan atas pengorbanan yang dilakukan. Karena kebaikan semata-mata untuk ketaatan bukan menyembah manusia.
Suka duka nya kehidupan akan terus berputar bagaikan roda yang senantiasa membersamai kita. Jadi hadapi dengan sesuai syariat lebih mendamaikan hati jiwa.
Editor :Esti Maulenni