Penceramah Yang Dilabeli Radikal

Kembali dalam rapat , Presiden Jokowi mengingatkan dihadapan TNI-POLRI untuk tidak mendengarkan apalagi mengundang penceramah radikal. Kegiatan agama tidak boleh disusupi dengan membawa nama demokrasi kemudian membandingkan pilihan demokrasi atau ajaran Islam.
Dengan pernyataan itu BNPT turut memberikan ciri-ciri penceramah radikal versinya menuai kontroversi. Disambut Sekjen MUI komentarnya bahwa anti Pancasila seperti komunis tidak diceritakan secara jujur. Kemudian kafir harbilah yang memerangi Islam dan Islam damai dengan kafir dzimmi. Selanjutnya, Penyebaran adu domba mestinya buzzeRP dikenai sanksi tegas. Terakhir, dianggap anti budaya padahal Islam menghargai budaya dengan memberi catatan jika menyimpang.
Dari sini kita dapat menilai keadaan semakin mengkhawatirkan baik diseluruh bidang maupun hubungan antara pemerintah dan rakyat sendiri. Maunya rakyat kesejahteraan, Keamanan dan kenyamanan untuk digaungkan. Walaupun radikal hal yang penting tetapi kesan islamophobia tidak boleh penekanannya lebih dibandingkan radikal yang dimaksud. Bisa mempengaruhi kehidupan dalam keseharian baik pribadi maupun secara luas.
Kalau kejadiannya berulang kali tidak mungkin ada harapan yang cerah. Pada akhirnya penceramah yang baik dituding radikal lama-lama akan habis dan punah karakter yang disukai umat tak bisa lagi membooster . Dunia nyata jejaknya selesai begitupun didunia Maya merosot penontonnya. Akibatnya bisa makin parah karena tidak ada lagi panutan dan yang menuntun.
Sudah tidak ada lagi harapan selain sistem kehidupan untuk disegarkan menjadi sistem kehidupan terikat pada seluruh syar’iat sebagaimana diperintahkan Allah dan Rasulnya. Karena hanya itu jalan keluar kusutnya hidup menjadi tampilan yang indah. Maka kita semua layak memperjuangkan sistem baru, kehidupan baru,dan kepemimpinan Islam.
Read more info "Penceramah Yang Dilabeli Radikal" on the next page :
Editor :Esti Maulenni
Source : Suara