Himpitan Ekonomi Berdampak Hilangnya Peran Seorang Ibu

Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Peran seorang ibu yakni memberikan perlindungan yang nyaman dan kasih sayang tiada batas terhadap anak-anaknya.
Jika ada seorang anak yang menjadi ulama, ilmuwan, tokoh ternama, dan sebagainya. Maka lihatlah ibu mereka, karena adanya peran besar seorang ibu, dalam membentuk watak, kepribadian, dan karakter anak-anaknya. Sebelum anak-anaknya mengenyam pendidikan di sekolah manapun.
Namun berbeda dengan apa yang dialami seorang ibu muda di Brebes, Jawa tengah. Bernama Kunti Utami, Ia mencoba membunuh anaknya sendiri, tiga orang sekaligus. Satu diantaranya meninggal, dan dua lainnya dilarikan ke RSUD Margono, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Dikutip detik.com 21/3/2022.
Tindakan yang dilakukan pelaku tersebut terhadap ketiga anaknya, diantaranya didasari oleh faktor himpitan ekonomi, sedang bermasalah dengan suaminya, yakni ketidakpuasan, kekecewaan yang mendalam akan kondisi rumah tangganya. Seperti kurangnya komunikasi, kelelahan mengurus anak-anaknya, rumah, hingga tidak adanya kesejahteraan.
Pelaku berasumsi bahwa, ia ingin menyelamatkan ketiga anaknya, dengan cara membunuhnya.
Kematian merupakan jalan yang terbaik, agar mereka tidak merasakan pahitnya penderitaan hidup, seperti yang dialami ibunya.
Kejadian seorang ibu membunuh buah hatinya, sudah sering terjadi di berbagai daerah. Anak merupakan amanah dari Allah Swt, yang harus dijaga dan dilindungi.Tetapi tak jarang seorang anak sejatinya merupakan sosok yang lemah dan tidak berdaya, kerap menjadi sasaran kemarahan ibunya. Tentunya naluri seorang ibu, pasti sangat menyayangi anak-anaknya. Hanya saja beragam masalah di tengah himpitan biaya hidup yang tinggi, dan penghasilan minim, sehingga dijadikan sasaran kemarahan.
Hilangnya peranan seorang ibu, yang sejatinya sebagai pelindung, penuh kasih sayang, pemberi rasa aman, kini sirna sudah. Membuat anak-anak yang awalnya mempunyai rasa hormat, tunduk terhadap orang tuanya, saat ini bisa berubah menjadi benci, bahkan sebagai sosok yang ditakuti.
Berbagai tekanan ekonomi, tidak jarang banyak membuat para ibu rentan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan, bahkan berputus asa, hingga menimbulkan depresi.
Depresi yang dialami kebanyakan para ibu, yakni disebabkan oleh faktor kurangnya ekonomi keluarga, bahkan tak jarang banyak para ibu yang berjuang sendiri mencari nafkah, demi mencukupi kebutuhannya, dan lemahnya mengaitkan antara ujian hidup, dengan pemahaman atas qodho qodarnya Allah Swt.
Selain itu, mengingat masyarakat saat ini yang cenderung individualis, kurangnya kepekaan dan kepedulian lingkungan sekitar. Bahkan sosok suami, orang tua dan tetangga terdekat, yang seharusnya bisa menjadi tempat untuk saling peduli.
Begitu miris, kita hidup di negara yang sebenarnya kaya akan sumber daya alam, namun pengelolaannya diserahkan ke pihak swasta (asing), sehingga masyarakat tidak dapat merasakan manfaat dari kekayaan tersebut. Bahkan saat ini banyak sekali didapati kehidupan masyarakat di bawah garis kemiskinan.
Melihat fakta di atas, bukan sepenuhnya kesalahan dilakukan seorang ibu, yang telah menghilangkan nyawa anak-anaknya, dan bukan pula kesalahan sepenuhnya suami yang tidak menafkahi, karena menganggur akibat PHK, seharusnya ada peran negara dalam mengatasi kesejahteraan rakyatnya.
Salah satu dampak dari kemiskinan, akibat salah pengurusan negara, yang menerapkan sistem sekuler kapitalisme. Di dalam sistem ini, tidak adanya jaminan pemenuhan kebutuhan dasar bagi individu rakyat, sulitnya bagi para suami dalam mendapatkan pekerjaan, mengakibatkan susah untuk menafkahi keluarga dengan layak.
Dari berbagai fakta yang telah terjadi, seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah. Yakni dengan mencarikan solusi terbaik dari masalah tersebut, bukan malah membebani rakyatnya, mengingat harga-harga kebutuhan pokok saat ini semakin melambung.
Inilah potret hidup negara kapitalis, hanya mementingkan kepentingan segelintir orang, tanpa memikirkan kesejahteraan rakyatnya yang miskin.
Beginilah akibat dari tidak adanya peran negara sebagai pelindung dan perisai, sehingga rakyat berjuang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya, juga tak jarang menimbulkan depresi, bahkan nyaris bunuh diri.
Hanya dengan menerapkan sistem Islam, yakni sistem yang tegak berdasarkan akidah yang kokoh. Dapat mengokohkan mental umat, termasuk dalam menjaga setiap individu dan keluarga, agar terhindar dari masalah depresi.
Maka dari kasus ini, kita mengambil pelajaran, dengan berusaha lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt, agar lebih menguatkan keimanan.
Jika keimanan seseorang kuat, maka dalam kondisi sulit apapun dapat mengatasinya dengan baik, sehingga tidak mudah terbawa depresi dengan keadaan.
Dan harus meyakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi atas ijin dan kehendak Allah Swt.
Wallahu'alam bishowab.
Editor :Esti Maulenni
Source : Detik