Konversi Kompor dan Mobil Listrik Posisi Rakyat Kian Terjepit

Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi AMK
Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendali kuda supaya baik jalannya
Itulah sepenggal lirik lagu yang biasa terdengar dari bibir mungil anak-anak pada tahun 1980-an. Dengan riang gembira mereka menikmati hari liburnya bersama ayah dan bunda. Mereka naik delman dan kuda sebagai hewan pacuannya. Namun pada era saat ini delman dan kuda termasuk transportasi antik dan unik. Kini transportasi telah didominasi oleh kendaraan bermotor. Bahkan masyarakat digiring untuk menggunakan kendaraan dengan tenaga listrik. Ini semua sebagai solusi atas kenaikan harga BBM, termasuk gas LPG di dalamnya.
Sebagaimana dilansir dari antaranews.com, PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur mengampanyekan kendaraan listrik dan kompor induksi di kegiatan Car Free Day (CFD) Jalan Raya Darmo, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu.
Hal ini dilaksanakan bertepatan dengan puncak perayaan Hari Pelanggan Nasional tahun 2022. Pihak PLN melalui Senior Manajer Niaga dan Manajemen Pelanggan PT PLN (Persero) UID Jatim, Fintje Lumembang mengajak masyarakat untuk menyaksikan keunggulan mobil listrik dan kompor induksi di CFD.
"Pastinya motor listrik ini tidak menghasilkan emisi karbon, lebih ramah lingkungan, tidak berisik, dan sejalan dengan program pemerintah yang menuju transisi energi," kata Fintje.
Pada acara ini 150 unit motor listrik diikutsertakan oleh PLN Grup Jawa Timur dan Komunitas Electric Vehicle (EV). Konvoi dimulai dari Kantor PLN Embong Trengguli menuju lokasi CFD di Jalan Raya Darmo Surabaya. Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya PLN untuk menjalankan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 yaitu untuk mengakselerasi penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbahan Baterai (KBLBB)(antaranews.com,18/9/2022).
Sudah menjadi rahasia umum jika program ini digelontorkan sebagai solusi atas masalah naiknya harga BBM. Akibat kenaikan tersebut, efek dominonya dirasakan oleh masyarakat di semua sektor kehidupannya.
Lalu pertanyaannya, apakah benar konversi kompor elpiji ke kompor listrik dan konversi mobil ber-BBM ke mobil listrik ini untuk kepentingan rakyat? Atau justru membawa dampak buruk bagi kehidupan rakyat yang kian terjepit?
Kenyataannya, ketok palu kenaikan harga BBM pada tanggal 3 September lalu benar-benar telah menimbulkan gejolak di tengah masyarakat. Selanjutnya, pemerintah melalui PT PLN menggiatkan penggunaan kompor listrik pada rumah tangga kecil dan kurang mampu. Padahal sebenarnya, penerapan kompor listrik di Indonesia bukanlah sebuah solusi yang harus dilakukan. Kenapa? Karena harga tarif listrik masih tinggi, belum lagi jika ada kenaikan harga lagi.
Sebagaimana diketahui, saat ini usaha PT PLN (Persero) tidaklah murni dikuasai negara, tetapi dikuasai pihak swasta. Wajar apabila kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak berpihak pada kepentingan rakyat, tapi sebaliknya berpihak pada swasta atau pemilik modal. Oleh karena itu, kebijakan baru pemerintah ini tentu saja hanya membuat rakyat kian terjepit.
Namun demikian, kenyataan ini tentu saja sangat relevan dengan sistem yang diembannya yaitu kapitalisme sekulerisme. Dengan ide dasarnya fashluddiin 'anil hayah, maka setiap kebijakan yang dihasilkan bisa dipastikan tidak didasarkan atas hukum agama. Kenapa? Karena dalam ideologi ini agama dilarang ikut campur dalam urusan dunia.
Semua urusan dunia yang meliputi ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan, kesehatan, dan pemerintahan akan diselesaikan berdasarkan hasil pikiran manusia. Yaitu mereka yang duduk di kursi pemerintahan. Otomatis kebijakan-kebijakan yang lahir pun hanya berpihak pada orang-orang di sekitar penguasa. Mereka adalah para pemilik modal beserta kroni-kroninya. Namanya pengusaha maka pasti keuntungan yang menjadi tujuan dari setiap gerak dan langkahnya. Sehingga kepentingan masyarakat diabaikan, berada di nomor sekian, bahkan tidak lagi terpikirkan.
Seperti pada kondisi saat ini, solusi yang ditawarkan pada masyarakat atas naiknya harga BBM justru dengan beralih pada kompor listrik dan mobil listrik. Asumsi pemerintah adalah tarif listrik lebih murah daripada harga BBM. Di samping itu tidak ada polusi yang ditimbulkan baik polusi udara maupun polusi suara.
Cukup sampai di sini? Tentu saja tidak! Target dan tujuan dari pengalihan ini tentu saja kemanfaatan secara materi. Pengusaha akan gencar memroduksi kompor listrik dan mobil listrik. Itu semua dilakukan untuk mengimbangi permintaan dari masyarakat yang terpengaruh oleh propaganda tersebut. Alhasil, dari produksi dan penjualan tersebut tentu akan mengalir keuntungan ke kantong pengusaha. Pihak pemerintah pun diuntungkan dengan bertambahnya pemasukan dari pungutan pajaknya. Di sisi lain kebutuhan listrik akhirnya membengkak. Secara ekonomi, jika permintaan naik sedangkan stok tidak mencukupi maka jalan keluarnya adalah menaikkan harga. Pada akhirnya rakyat juga akan kelimpungan dengan harga tersebut, baik harga barang maupun tarif listrik nya.
Lantas, bagaimana solusi Islam dalam menghadapi masalah ini?
Islam adalah agama yang sempurna, tidak hanya menyangkut akidah tapi juga menyangkut peraturan-peraturan. Keberadaan peraturan tersebut dipastikan mampu menyelesaikan semua problematika manusia. Termasuk dalam pengaturan masalah BBM dan listrik.
BBM sebagai salah satu barang tambang, diibaratkan sebagai air yang mengalir. Begitu pula dengan listrik yang diserupakan dengan api. Maka tak berlebihan kiranya jika Rasulullah saw. sejak 14 abad yang lalu telah mengingatkan bahwa padang rumput, air, dan api adalah milik umum. Keberadaannya bisa dimanfaatkan oleh setiap orang, sehingga tak seorangpun diberi hak untuk menguasai atau bahkan memilikinya.
Oleh karena itu, hanya negara yang berhak mengelola, memroduksi, dan mendistribusikannya. Dalam proses pengelolaan dan pendistribusiannya pasti membutuhkan pekerja. Oleh karena itu, wajar jika kemudian hasil produksinya baik berupa listrik maupun BBM dikenakan tarif. Hanya saja tarifnya bisa dijangkau oleh masyarakat, bahkan digratiskan.
Dengan dasar akidah Islam yang kokoh maka penguasa dalam sistem pemerintahan Islam ini pasti akan berjalan dengan teratur, tertib, amanah, dan penuh tanggung jawab. Pada akhirnya kehidupan rakyat pun akan makmur dan jauh dari kondisi terjepit.
Wallahualam bissawab.
Editor :Esti Maulenni