Tragedi Kanjuruhan yang Fanatisme

Foto ilustrasi. Sumber net.
Sepak bola merupakan olahraga yang semua orang mengenalnya, bahkan yang paling banyak diminati di negara ini baik itu pria, wanita maupun anak-anak. Sampai - sampai kehobian mereka menjadi lebih fanatik kepada sepak bola.
Kefanatismean mereka yang semakin tinggi terhadap sepak bola tentunya membuat olahraga ini menjadi seperti sebuah gairah yang mengalir bagi supporter pendukung masing-masing tim kebanggaan mereka. Tragedi kanjuruhan misalnya yang merupakan suatu titik kelam persepak bolaan Indonesia yang seharusnya menjadi hiburan namun kenyataannya banyak memakan korban jiwa.
Pertandingan sepakbola di stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur antara Arema FC Vs Persebaya pada sabtu (1/10) telah terjadi kerusuhan sehingga menghilangkan nyawa yang berjumlah 125 orang, 21 orang korban luka berat, dan 304 orang korban luka ringan. Total keseluruhan korban 450 orang dan berkemungkinan jumlahnya akan terus bertambah sejalan dengan proses penyelidikan.
Dilansir dari detikNews pada minggu (2/10/2022), kerusuhan itu terjadi setelah pertandingan usai. Pendukung tim Arema merasa tidak puas dengan pertandingan ini terus langsung turun ke lapangan. Pada saat itu, Polisi menghimbau untuk tidak masuk lapangan. Aparat lantas menembakkan gas air mata saat terjadinya kericuhan. Akibatnya para suporter pendukung kedua laga tersebut berhamburan keluar secara bersamaan sambil berdesak-desakkan yang akhirnya banyak di antara mereka yang mengalami sesak napas sampai berujung kematian.
Kerusuhan di Kanjuruhan ini bukan hal pertama kali terjadi. Dikutip dari Reuters, ada beberapa kerusuhan lainnya di stadion sepak bola selama 40 tahun terakhir diantaranya :
1. Pada bulan Januari 2022 di Stadion Yaounde Kamerun, ada delapan orang meninggal dan 38 lainnya cedera yang terjadi sebelum pertandingan babak 16 besar Piala Afrika melawan Komoro.
2. Pada bulan Februari 2012 di Mesir, pertandingan antara rival Al-Masry dan Al-Ahly di kota Port Said yang menewaskan 73 orang dan lebih dari 1.000 orang terluka.
3. Pada bulan Maret 2009 di Pantai Gading, pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Malawi, yang menewaskan sedikitnya 19 orang.
4. Pada bulan Mei 2001 di Ghana Afrika yang menewaskan sekitar 126 orang.
5. Pada bulan April 2001 di Afrika Selatan yang sedikitnya menewaskan 43 orang.
6. Oktober 1996 di Guatemala, ada sekitar 82 orang tewas dan 147 orang terluka pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara Guatemala dan Kosta Rika di Guatemala City.
7. Di bulan Mei 1992 di Perancis pada saat semifinal piala Perancis melawan Olympique de Marseille ada 18 orang tewas dan lebih dari 2.300 orang terluka.
Dengan berulangnya tragedi kerusuhan sepak bola ini, menyebabkan pendukung tim yang tewas bukan tanpa sebab, karena pokok permasalahannya itu adalah buruknya penanganan massa yang dilakukan pihak pengamanan dengan melakukan upaya represif yang menembakan gas air mata, yang sejatinya dilarang penggunaannya dalam pertandingan sepak bola.
Di dalam Islam, berolahraga itu dibolehkan untuk menjaga kesehatan, kebugaran, dan keterampilan bagi muslim. Yang tidak dibenarkan itu adalah permainan yang menimbulkan kesia-siaan. Seperti di dalam firman Allah SWT : “ Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran: 185).
Dalam permainan olahraga seperti sepak bola ini termasuk dalam Lahwun munazhamun yang artinya suatu permainan dimana permainannya itu diatur sedemikian rupa dengan berbagai jenis program dan waktu penyelenggaraannya. Dan juga ditunjuklah sejumlah pegawai, staf manager, dan penanggung jawab sehingga menjadi suatu misi yang penting di mata para perencana dan pengaturnya.
Menurut Imam Asy-Syathibi, “Permainan, hiburan dan bersantai hukumnya mubah atau boleh asal tidak terdapat suatu hal yang terlarang.” Umat diarahkan oleh Islam dengan ikut terlibatnya di dalam kegiatan produktif untuk mendapatkan manfaat baik dunia maupun akhirat, contohnya menggali ilmu pengetahuan, tsaqafah Islam dan berdakwah, bahkan berjihad di jalan Allah.
Islam juga tidak akan membeda - bedakan antar suku, kelompok, golongan, mazhab, maupun bangsa. Islam menghargai perbedaan. Berbeda bukanlah alasanh untuk saling memusuhi, mencela, dan menghina. Seandainya tidak ada fanatisme yang berlebihan, maka tidak akan ada nyawa manusia yang sia-sia.
Maka dari itu, dalam melaksanakan setiap kegiatan olahraga, negara sangat berperan penting untuk memberikan rasa aman dan nyaman, dengan adanya aparat keamanan yang akan memberikan perlindungan serta dapat mengayomi rakyat, bukan dengan memberi rasa takut dan bertindak kasar lagi keras.
Dalam tragedi Kanjuruhan ini adanya pesan untuk semua bahwa nyawa melayang hanya karena permainan (sepak bola) adalah tidak layak. Semua ini dapat terwujud dengan menerapkan sistem Islam.
Wallahu'alam bishawwab
Editor :Esti Maulenni