Tata Kelola SDA Salah, Indonesia Semakin Terjajah

Harusnya negara mempunyai supremasi hukum yang jelas dalam tata kelola SDA ini, tidak bisa digoyahkan hanya dengan gertakan penjajah. Itu tidak akan bisa terwujud jika sistem yang digunakan masih sistem kapitalisme liberal dengan asasnya sekularisme.
Kebobrokan sistem kapitalisme sudah sangat nyata didepan mata, untuk itu tidak boleh untuk dipertahankan lagi, sudah saatnya kembali kepada sistem yang shahih yakni sistem Islam yang akan membawa tatanan kehidupan yang lebih baik.
Dalam Islam, jelas kekayaan SDA merupakan pemberian dari Allah Swt untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Rasulullah Saw, bersabda, "Kaum muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput, dan api. (HR. Ibnu Majah)
Kemudian, Rasul Saw. juga bersabda, "Tiga hal yang tak boleh dimonopoli: air, rumput dan api." (HR Ibnu Majah)
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, Al-Mughni, sebagaimana dikutip Al-Assal dan Karim (1999: 72-73), mengatakan, "Barang-barang tambang yang oleh manusia didambakan dan dimanfaatkan tanpa biaya seperti garam, air, belerang, gas, mumia (semacam obat), minyak bumi, intan, dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan (hak kepemilikan individualnya) selain oleh seluruh kaum muslim sebab hal itu akan merugikan mereka."
Konsekuensi dari sebuah keimanan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, bagi setiap muslim termasuk para penguasanya, wajib terikat dengan seluruh aturan syariat Islam.
Untuk itu, semua perkara dan persoalan kehidupan, termasuk masalah pengelolaan sumber daya alam, harus dikembalikan pada Al-Qur'an dan as-Sunah. Allah Swt. berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman. Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah kepada (Al-Qur'an) dan Rasul (sunahnya), Jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (TQS. An-Nisa: 59).
Wallahualam bissawab.
Read more info "Tata Kelola SDA Salah, Indonesia Semakin Terjajah" on the next page :
Editor :Esti Maulenni