Angka Kematian Ibu Tinggi, Butuh Solusi Sistemik

Namun, apa jadinya jika masa kehamilan dan kelahiran justru menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup seorang ibu.
Masa kehamilan adalah masa paling mendebarkan bagi seorang ibu. Antara harapan dan kecemasan bercampur aduk menjadi satu. Semua ibu mengharapkan janin yang dikandungnya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Semua ibu pun mengharapkan bisa melahirkan dengan selamat, baik janin maupun dirinya. Namun, apa jadinya jika masa kehamilan dan kelahiran justru menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup seorang ibu.
Dalam sebuah Laporan yang diberi judul, “Kecenderungan Kematian Ibu Tahun 2000 hingga 2020,” disusun oleh WHO, UNICEF, dan UNFPA, bersama Grup Bank Dunia dan UNDESA bidang kependudukan memperkirakan, satu perempuan meninggal dalam dua menit selama masa kehamilan dan persalinan. Statistik baru ini mengungkapkan kebutuhan mendesak adalah memastikan setiap perempuan dan anak perempuan bisa mengakses layanan kesehatan baik sebelum, saat dan sesudah mealahirkan.
Dalam laporan tersebut tercatat ada sekitar 278.000 wanita di seluruh dunia meninggal saat masa kehamilan dan persalinan pada tahun 2020. Itu setara dengan 800 kematian perhari dan satu kematian per dua menit (voaindonesia.com, 21/2/23). Sementara di indonesia sendiri, hingga saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) masih di kisaran 305 per 100.000 Kelahiran Hidup, belum mencapai target yang ditentukan yaitu 183 per 100.000 KH di tahun 2024. Demikian juga bayi dan balita yang masih harus kita selamatkan dari kematian (sehatnegeriku.kemkes.co.id,15/1/23).
Sulitnya Akses Kebutuhan Dasar
Menanggapi laporan tersebut Direktur jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus mengatakan bahwa, memastikan setiap perempuan dan anak perempuan mempunyai akses ke layanan kesehatan penting sebelum, selama, dan setelah melahirkan adalah suatu yang mendesak. Oleh karena itu data yang diajukan didalam laporan tesebut merupakan peringatan bagi para pemimpin dunia untuk bertindak mengakhiri kematian ibu, dengan memberi sistem perawatan kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar yang berdampak pada kematian.
Di indonesia, pemerintah melalui kementerian kesehatan menargetkan kelahiran hidup pada kisaran 183 per 100.000 KH di tahun 2024. Untuk itu, kementerian kesehatan mencanangkan strategi guna menurunkan angka kematian ibu.
Strategi pertama adalah dengan Gerakan Ibu Hamil (Bumil) Sehat. Dengan gerakan ini, para ibu hamil diharapkan mau melakukan cek kehamilan 6 kali, 2 kali di antaranya diperiksa oleh dokter; mengonsumsi gizi seimbang sesuai porsinya; minum tablet tambah darah; mengikuti kelas ibu hamil; dan melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Strategi kedua adalah memenuhi kebutuhan ultrasonografi (USG) dan antropometri di semua puskesmas dan posyandu. Kehamilan ibu sehat membutuhkan peralatan yang menunjang guna menentukan status bumil dan bayi yang dikandungnya. Penyediaan USG dan Antropometri akan dipenuhi secara bertahab hingga 2024. (mediakom.kemkes.go.id/ 13/1/23).
Jika kita mempelajari lebih dalam, permasalahan utama yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu hamil dan bersalin, adalah sulitnya akses pada kebutuhan dasar, bukan hanya fasilitas kesehatan namun juga kebutuhan dasar lain yaitu pangan yang cukup, sandang dan papan yang memadai, rasa aman hingga minimnya pendidikan.
Kita ketahui bersama bahwa hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia menganut sistem ekonomi kapitalimse. Sistem ekonomi dibangun atas dasar kebebasan ekonomi yang oleh Adam Smits disebut teori invisible hand, dimana setiap individu diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan ekonomi tanpa campur tangan negara. Pandangan ini akhirnya mengakibatkan monopoli ekonomi oleh para pemilik modal. Karena dalam kapitalisme produksi, distribusi hingga konsumsi diserahkan mekanisme harga.
Dengan kata lain, siapa yang bisa membayar harganya dialah yang akan mendapatkan akses pada ketiganya. akibatnya kesenjangan sosial dan ekonomi sangat dalam dan membuat sebagian besar manusia kesulitan untuk mengakses kebutuhan hidup mereka, baik primer maupun sekunder.
Sistem kapitalisme menganggap permasalahan utama manusia ada pada keterbatasan alat pemenuhan kebutuhan, oleh karena itu harus ada mekanisme yang bisa membatasi konsumsi dan mendorong laju produksi yaitu mekanisme harga. Oeh karena itu sebanyak apapun ketersediaan barang kebutuhan diproduksi, hanya yang punya uanglah yang bisa mengaksesnya. Kalaupun ada susbsidi dari negara itu hanya bisa didapat oleh segelintir rakyat saja yang tercatat miskin oleh negara.
Dalam sistem kapitalisme tidak ada jaminan kebutuhan dasar individu. Semua hanya bisa diakses jika memiliki uang. Semua kebutuhan hidup masyarakat dikomersilkan termasuk kebutuhan dasar mansusia. Maka wajar jika rakyat jauh dari kata sejahtera.
Jika kita kaitkan dengan Angka Kematian Ibu, maka akan kita temukan korelasi sistemik ini. Dalam masa kehamilan, seorang ibu hamil seharusnya terpenuhi gizinya, namun karena miskin tak sedikit ibu hamil yang menahan kebutuhan akan gizi mereka. Jangankan memikirkan gizi makan saja sulit. Jangankan beli susu, beli beras yang layak saja belum tentu mampu.
Para ibu hamil juga banyak yang tinggal di rumah dan lingkungan yang tidak layak, akses air bersih susah sehingga rentan tertular penyakit. Sebagian besar juga dari mereka tidak terakses pendidikan sehingga tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan ibu hamil dan bersalin, karena minimnya pendidikan juga banyak ibu hamil yang masih percaya tradisi dibanding petugas medis. Hal ini juga menjadikan mereka rentan mengalami kematian saat hamil dan bersalin.
Ditambah lagi mereka juga kesulitan menjangkau fasilitas kesehatan. Meskipun disetiap puskemas sudah disediakan peralatan lengkap untuk pemeriksaan ibu hamil, namun tidak semua wilayah di negeri ininsudah memiliki fasilitas kesehatan yang layak. Belum lagi pertimbangan lain, seperti biaya transfortasi untuk menuju fasilitas kesehatan, biaya yang menjaga, dan biaya- biaya lain yang membuat para ibu memilih untuk tidak memeriksakan diri.
Maka, bisa kita simpulkan bahwa permasalahan ini, bukan sekedar masalah teknis namun sangat komplek dan sistemik. Oleh karena itu, selama sistem kaptalisme masih menjadi asas ekonomi akan sulit untuk menekan angka kematian ibu. Solusi yang dilakukan akhirnya hanya menjadi solusi parsial yang tidak menyntuh akar masalah sebenarnya. Karena itu butuh upaya serius dan solusi mendasar.
Oleh karenanya, selain terus melanjutkan program yang ada, pemerintah juga harus mengambil solusi jangka panjag , yaitu harus ada perubahan paradigma mendasar bahwa negeri ini harus mandiri, melapas keterikatan pada sistem kapitalisme yang terus menumbalkan manusia demi keserakahan para pemilik modal.
Jaminan Kebutuhan Dasar dalam Islam
Islam diturunkan oleh Allah swt tidak sekedar mengatur ibadah saja. Namun Islam juga memiiki konsep yang sempurna tentang pengaturan hidup manusia secara keseluruhan. Dalam pandangan Islam, setiap masalah harus diselesaikan dari akar masalahnya. Tingginya angka keamtian ibu akibat kemiskinan, akibatnya banyak ibu hamil yang kesulitan mendapatkan akses pada kebutuhan dasar mereka.
Dalam Islam negara wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat tanpa memandang miskin maupun kaya, muslim maupun non muslim ( ahlul dzimmah). Jaminan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat alam Islam dilakukan dengan jaminan lansgung dan tidak langsung, sebagai berikut :
1. Jaminan pemenuhan kebutuhan dasar secara langsung
Untuk kebutuhan dasar kelompok, seperti keamanan, pendidikan dan kesehatan. Maka negara wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan ini secara cuma- cuma untuk seluruh warga negara, baik miskin maupun kaya, baik muslim maupun non muslim ( ahlul dzimmah). Negara wajib memastikan seluruh rakyat baik di pelosok maupun di kota mendapatkan keamanan, pendidkan dan kesehatan yang berkualitas dan tidak boleh diskriminasi.
Dalam hal kesehatan negara wajib memenuhi kebutuhan akan rumah sakit, dokter, obatan- obatan maupun fasiltas kesehatan lainnya. Sehingga tidak ada ibu hamil yang tidak mampu mengakses fasilitas kesehatan karena mahal atau jarak yang jauh, karena di semua wilayah Islam akan diberikan fasilitas kesehatan yang sama kualitasnya, baik di pelosok desa, ,maupun di kota.
2. Jaminan pemenuhan kebutuhan dasar secara tidak langsung
Jaminan tidak langsung terkait kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Agar melepas ketergantungan rakyat kepada negara dan mendidik mental rakyat agar bertanggung jawab dan bekerja keras, maka negara mewajibkan setiap laki- laki kepala keluarga atau yang sudah mampu untuk bekerja menafkahi keluarga yang menjadi tanggungannya.
Untuk mendukung itu, negara wajib menyiapkan ketersediaan lapangan pekerjaan, atau memberi modal usaha kepada yang ingin berusaha tapi tidak memiliki modal. Negara bisa memberikanya berupa pinjaman (tanpa bunga) atau bisa dengan memberikannya sebagai hibah kepada rakyat. Sehingga tidak ada alasan bagi para kepala keluarga untuk tidak bekerja.
Begitu juga untuk para petani, negara wajib menjamin tersedianya lahan, alat pertanian dan pupuk baik langsung maupun tidak langsung sementara perempuan dan anak- anak atau orang –orang yang lemah fisik maupun mentalnya tidak diwajibkan bekerja. Negara akan meminta walinya untuk menafkahinya, jika tidak ada diserahkan pada keluarga dekat atau tetangganya yang kaya. Jika tidak ada juga maka negara yang menanggungnya.
Dengan mekanisme ini, maka akan memungkinkan bagi seluruh rakyat bisa memenuhi kebutuhan primer mereka dan juga memiliki kesempatan untuk meraih kebutuhan sekunder dan tersier mereka. Negara Islam tentu saja sanggup membiayai semua, karena Islam memiliki sumber pendapatan negara yang sudah diatur oleh syariah.
Hanya dengan sistem Islam hak hidup manusia diwujudkan. Tidak hanya masalah kematian ibu yang akan terselesaikan, namun masalah kemiskinan juga akan dituntaskan. Oleh sebab itu, sudah saatnya umat Islam menjadikan Islam sebagai sumber aturan dan memperjuangkannya agar bisa diterapkan dalam kehidupan untuk mengantikan sistem kapitalisme yang telah lama menyengsarakan . wallahu a’lam bishowab.
Penulis: Lina Revolt_Pemerhati Sosial
Editor :Esti Maulenni