Dimanakah, Letak Kebahagiaan Itu
foto ilustrasi. net
Wiwin Winarsih_Komunitas Ibu Peduli Generasi
Kecenderungan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keinginan mencapai kebahagiaan, memang telah dilindungi oleh syariat Islam. Tapi, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, syariat memberi batas tegas agar tidak terbawa hawa nafsu secara tak terkendali (kemunkaran). Seperti cara hidup hedonis yang cenderung ingin memuaskan segala keinginan, dan kerap melampaui batas.
Terkuak bermula dari kelakuan anak pejabat pajak Rafael AT yaitu MDS (20) yang menjadi sorotan usai aniaya putra pengurus GP Ansor Davit (17). Imbas dari kasus tersebut, terbukalah hidup hedon dikalangan para pejabat negara berikut keluarganya yang hidup glamour. Warganet terus melakukan perburuan terhadap keluarga pejabat yang kerap pamer gaya hidup mewah. Usai anak perempuan Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono, sekarang giliran istri Sudarman Harja Saputra kini menjabat sebagai Kepala Kantor Badan Pertanahan Jakarta Timur jadi sorotan karena terciduk hedon, mereka pun beramai-ramai menghapus semua momennya.
Semua akibat dari cinta dunia takut mati. Falsafah menyesatkan ini harus dihindari. Salah satu jalan dengan memiliki jiwa yang sehat secara fisik dan metafisik. Sebab, jiwa yang sehat, pasti akan menghadirkan hidup bahagia dan membahagiakan. Amanah, kinerja, kepedulian dan kasih sayang juga akan meningkat, dendam akan tiada, diri menjadi tegar dan penuh sabar diri, emosi pun bisa terkendali. Pribadi yang berjiwa sehat, juga akan menjadi pribadi yang mengasyikkan kala berinteraksi.
Kebahagiaan seseorang terkadang hanya sebatas apa yang dapat dilihatnya secara nyata. Padahal sejatinya, terdapat beberapa pertanyaan. Apa itu bahagia? Apa punya uang dan aset yang banyak? Punya jabatan yang tinggi? Punya pasangan hidup yang rupawan? Benarkah seperti itu?
Tidak benar, walhasil banyak orang yang memiliki harta tapi hidupnya kesepian dan tidak bahagia. Begitu juga dengan yang punya jabatan banyak, tetapi mereka tidak bahagia karena tekanan hidup. Ada pula yang memilki pasangan hidup rupawan, namun tidak bahagia karena ternyata pasangan nya selingkuh, dan banyak lagi fakta yang lainnya. Ternyata banyak harta punya jabatan tinggi atau pasangan yang rupawan tidak menjamin kebahagiaan. Karena yang dicari adalah kebahagiaan dunia.
Hakikatnya kebahagiaan dunia hanya sementara. Allah SWT berfirman, "Apa yang di sisimu akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal." ( TQS An-Nahl ; 96). Apa yang ada di sisi kalian wahai manusia berupa harta, kesenangan dan kenikmatan pasti akan berakhir sekalipun ia banyak. Sedangkan apa yang ada di sisi Allah berupa balasan maka, ia akan kekal ( tafsir alMukhtashar).
Kaum muslim mengetahui dengan benar, apa yang seharusnya dia cari adalah kebahagiaan akhirat. Segala sesuatu yang diridhai oleh Allah SWT berfirman. "Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi. ( TQS.Al Qashshash : 77)
Dalam ayat di atas Allah SWT menyuruh kita untuk meraih kebahagiaan dunia yang tujuannya untuk akhirat. Ibnu Katsir mengatakan. "Gunakanlah yang telah Allah anugerahkan untukmu dari harta dan nikmat yang besar untuk taat kepada Rabbmu dan membuat dirimu semakin dekat pada Allah dengan berbagai macam ketaatan, dengan ini semua engkau dapat menggapai pahala di kehidupan akhirat."
Maka, jadikanlah apa yang kita hasil dari belajar dalam menuntut ilmu untuk kebahagiaan orang banyak. Jadikanlah kita menjadi bermanfaat untuk orang banyak, karena dalam Islam kunci kebahagiaan adalah meraih ridha Allah. Tidak seperti sekarang dimana kebahagiaan itu standar untuk meraih materi sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan halal haram.
Islam dengan ajaran nya yang gamblang telah menunjukkan agar umat Rasulullah Saw tidak akan tesesat jika.
1. Taat syariah
Kita dalam menjalani setiap kehidupan ini harus sesuai dengan syariah, yaitu dengan senantiasa beramal shaleh. Karena kebahagiaan yang hakiki adalah ketika semakin dekat kita kepada Allah semakin ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk-Nya dan tinggalkan apa yang dilarang-Nya.
2. Qona'ah
Selalu menerima dan ikhlas apa yang Allah berikan kepada kita. Dan merasa cukup dengan apa yang ada. Janganlah, dalam hidup kita selalu melihat ke atas, apalagi iri terhadap kehidupan orang lain.
3 , Istiqomah
Yaitu dengan cara kita selalu menghadiri majelis ta'lim, agar aqidah kita kokoh. Mengamalkan Islam kafah. Membaca kisah orang-orang Shalih, bergaul dengan teman yang Shalih dan senantiasa memohon (berdo'a) kepada Allah dan beristighfar.
Namun semua itu akan terwujud, jika aturan Islam diterapkan secara sempurna dalam masyarakat dan individu diperkuat oleh Negara insyaa Allah kas Negara, keberkahan, keamanan, dan kehormatan akan terjaga. Maka, di sistem Islam lah letak kebahagiaan yang hakiki.
Wallahu'alam bishshawwab
Editor :Esti Maulenni