Kemanakah Nasib Driver OJOL Akan Dibawa?

Pendapatan yang diterima oleh driver ojek online (Ojol) mengalami penurunan signifikan. Hal itu terjadi akibat adanya potongan besar yang dilakukan oleh pihak manajemen
Pendapatan yang diterima oleh driver ojek online (Ojol) mengalami penurunan signifikan. Hal itu terjadi akibat adanya potongan besar yang dilakukan oleh pihak manajemen, baik Gojek ataupun Grab. Sebagaimana ditegaskan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia, Igun Wicaksono menjelaskan bahwa tahun pertama pendapatan driver mencapai Rp5. 000.000,00-Rp10.000.000,00. Namun kini sangat berbeda, mereka hanya bisa mendapatkan penghasilan sebesar 50% saja. Nilai tersebut ternyata berada di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP). Melihat besarnya potongan tersebut, sebagain besar driver memutuskan untuk beralih profesi untuk menambah penghasilan.
Fakta di atas memberikan gambaran utuh kepada kita bahwa saat ini kehidupan manusia akan makin sulit. Masih segar dalam pikiran kita bahwa pandemi selama dua tahun lebih ternyata begitu dahsyat dan memberikan efek yang luar biasa. Mungkin di satu sisi ada keuntungan yang didapatkan oleh para driver Ojol karena semua tidak bisa berinteraksi secara bebas. Namun kini, posisi para driver itu tidak mendapatkan job seperti saat pandemi. Apalagi fakta yang ada adalah pemotongan pendapatan driver ditambah besarnya. Ini membuat pendapatan yang didapatkan oleh mereka tak cukup lagi menopang kebutuhan hidup yang kini merangkak naik. Semua serba naik-naik ke puncak gunung. Mulai beras, telur, daging, dan yang lainnya. Wajar saja jika akhirnya mereka berubah haluan untuk mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan.
Lagi dan lagi, rasa lelah dan bingung senantiasa melanda rakyat. Rasanya tak habis-habis masalah muncul satu demi satu tanpa ada solusi pasti yang ditetapkan. Kembali, rakyat jelata yang kemudian menjadi korbannya. Kita yang merasakan bagaimana perih dan sulitnya mencari uang di zaman sekarang. Pendapatan yang ada bahkan dipotong dengan nilai yang lumayan cukup besar. Lantas bagaimana si jelata untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah himpitan ekonomi yang kian buruk?
Jika kita berpikir lebih dalam tentang masalah yang muncul di negeri ini, maka akan ada akar yang harus kita telusuri. Ibarat pohon yang tumbuh, ketika melihat cabang pohon yang rusak atau daun menguning maka harus kita dapati masalahnya dimana. Apakah memang hanya pada bagian ranting atau daun saja yang menjadi masalah atau memang dari dalam tanah, yaitu akar? Tentu jawabannya pasti harus melihat akarnya. Jika akar sehat maka dapat dipastikan tanaman akan subur karena mendapat nutrisi yang sesuai dan diperlukan oleh tanaman. Begitu pula dengan persoalan yang muncul di negeri ini. Salah satunya adalah nasib para driver Ojol yang kini harus menambah pekerjaan karena pendapatan yang ada kurang.
Melihat fakta tersebut, maka kita selayaknya patut menduga dengan pasti bahwa semua ini berawal dari sistem yang ditetapkan saat ini. Kapitalisme yang diterapkan di negeri ini dan negara lainnya membuat satu paradigma berpikir bahwa seluruh aktivitas yang ada harus ada manfaat dan keuntungan yang didapatkan. Ditambah lagi ketika melakukan usaha dengan mengeluarkan modal yang sedikit saja untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Termasuk dalam tanah Ojol tadi, sebut saja antara GO-JEK dan Grab. Kedua brand ojek online tersebut tentunya mempunyai visi bisnis yang sesuai dengan kapitalisme. Dan kita melihat yang diuntungkan tentulah orang-orang yang mempunyai saham serta pendirinya saja. Sementara yang bekerja secara teknis hanya mendapatkan pendapatan seadanya saja. Belum lagi ulah para customer yang mungkin saja bisa merugikan pihak drivernya karena cancel ataupun hal lain.
Berkaitan dengan pemotongan dari pendapatan para driver pun menjadi satu dari sekian banyak kebijakan dari perusahaan yang lagi-lagi mencekik para pekerja. Itulah fakta yang terjadi di negeri ini. Negeri yang kaya akan sumber daya alam, ternyata masih ada rakyat yang hidupnya belum sejahtera. Ironis memang melihat situasi seperti ini. Para pengusaha menari di atas penderitaan para rakyat. Mereka yang mengeruk sumber daya alam untuk dibawa ke negara mereka sendiri. Sementara kita hanya mendapatkan sedikit saja. Padahal jika sumber daya alam dikelola oleh negara dengan baik, maka dapat memberikan layanan yang mempuni untuk seluruh rakyat. Bahkan dapat diberikan secara cuma-cuma. Baik dari sisi pendidikan, kesehatan, keamanan, dan fasilitas umum.
Akan berbeda ketika Islam diterapkan dalam kehidupan manusia. Aturan yang ada tentunya bersumber dari akidah Islam. Para penguasa dan pemerintah juga tentunya akan menerapkan hukum Islam dalam menjalankan seluruh kebijakan yang ada. Alhasil, rakyat benar-benar akan diperhatikan serta diayomi dengan baik. Dilihat juga bagaimana rakyat memenuhi kebutuhan pokoknya, bahkan diperiksa individu per individunya. Sebagaimana Khalifah Umar yang setiap malam patroli untuk memastikan seluruh rakyatnya telah tidur dan telah terpenuhi makannya. Para pemimpin tentunya akan menjalankan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya, karena menyadari akan pertanggungjawabannya kelak di yaumil akhir. Maka akan melaksanakannya dengan penuh rasa taat serta keimanan yang kuat. Termasuk pada para dirver Ojol seperti gambaran di atas. Mereka adalah bagian dari rakyat yang wajib pula bagi pemerintah untuk memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya karena pendapatan yang sedikit tadi. Bahkan pemerintah harus memastikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat agar semua merasakan, tidak hanya kalangan tertentu saja. Tak lupa, nasib para Ojol tak akan terombang-ambing seperti pada sistem sekarang.
Wallahu'alam.
Penulis: Mulyaningsih_Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga
Editor :Esti Maulenni