Panti Asuhan Dalam Sistem Sekulerisme

SIGAPNEWS.CO.ID - Dalam ajaran Islam, kita senantiasa diperintahkan untuk saling ta’awun (tolong-menolong) dan bersedekah kepada keluarga, fakir miskin, dan anak yatim. Hal ini menjadi pemandangan indah dalam aspek sosial kemasyarakatan ketika ajaran Islam diterapkan dalam semua aspek kehidupan di keluarga, masyarakat sampai bernegara.
Namun sayang, netizen dibuat sedih dengan viralnya video yang memperlihatkan keadaan sebuah panti asuhan bernama Panti Bayi Manarul Mabrur didaerah Semarang, Jawa Tengah. Divideo tersebut terlihat bayi hingga balita yang ada dipanti tersebut, tersenyum riang ketika dikunjungi. Netizen bertanya tanya mengapa orang tua dari bayi bayi dan para balita tersebut sampai hati meninggalkan anak anaknya di panti.
Membayangkan anak anak ditinggalkan ditempat yang asing, jauh dan tidak merasakan indahnya kasih sayang orangtua tak henti membuat netizen sedih. Ditambah lagi keterangan dalam video tersebut menyebutkan, Panti Asuhan Manarul Mabrur telah menutup atau menolak adanya bayi ataupun titipan anak tambahan masuk ke panti dikarenakan kuota Panti yang sudah melebihi kapasitas. Anak anak yang baru dititipkan dipindahkan ke Panti yang ada di Tasikmalaya.
Bayi dan Balita yang dititip dipanti rata rata merupakan anak hasil dari hamil diluar nikah dan anak dari keluarga yang tidak mampu sehingga dititipkan. Kondisi mengiris hati tersebut akan senantiasa kia jumpai dinegeri yang menganut sistem sekuler kapitalis. Penuhnya panti dengan anak hasil hamil diluar nikah merupakan bukti nyata negara mengabaikan masalah pergaulan bebas. Juga dari anak yang orangtuanya merupakan keluarga tidak mampu dan hidup dibawah garis kemiskinan. akun tiktok @pantiasuhanyafim
Kapitalis Sekuler yang menerapkan solusi menyediakan panti asuhan untuk Anak Anak terlantar, hanya menyajikan solusi manis praktis tetapi tidak solutip. Kapitalis sekuler tidak mau repot repot memberantas akar masalahnya. Bahkan terkesan abai dengan keprihatinan yang menimpa rakyatnya.
Dengan demikian, sistem sekuler terbukti telah meninggalkan generasi lemah di semua aspeknya baik agama, ibadah, akhlak, akal, jiwa, harta dan keturunan. Sistem transnasional dari Barat ini telah nyata gagal dalam membangun masyarakat yang beriman, bertaqwa, sejahtera, bahagia dan selamat dunia akhirat. Ibarat mobil rongsok, maka sistem ini harus diganti dengan sistem yang lebih baik.
Berbeda dengan Islam. Islam memandang Pemerintah merupakan pengurus umat. Pergaulan akan diperhatikan, tidak memberi celah bagi Pergaulan bebas muncul didalam negara. Perekonomian rakyat juga menjadi perhatian penting dalam sistem Islam. Islam akan memfasilitasi supaya rakyatnya mampu bekerja dan memberi nafkah kepada keluarga sehingga kebutuhan hidup dapat terpenuhi.
Bukan hal yang mustahil dalam sistem Islam, keberadaan panti Asuhan akan sangat langka. Sebab Pemerintah yang mengurus langsung rakyatnya. Oleh karena itu, apalagi yang menghalangi kita untuk menerima Islam Secara kafah.
Allah Swt berfirman yang artinya. "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS An Nisaa’ : 9)
Ayat diatas menurut Tafsir An Nur karya Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy berkaitan dengan anak yatim yang mesti dipelihara sebagaimana anak sendiri, sebab anak yatim jika tidak dipelihara dengan sempurna, maka akan terlantar hidupnya. Islam, sangat memperhatikan anak-anak yatim, bahkan Rasulullah dijuluki sebagai abu al yatama, karena kasih sayangnya kepada anak yatim.
Negara yang berdasarkan syariah Islam pun sangat menjaga anak yatim agar tidak terlantar. Anak-anak yatim dan fakir miskin bahkan dijamin kehidupan ekonominya oleh negara Islam. Pada masa kekhilafahan Harun Al Rasyid bahkan tidak lagi bisa ditemui orang yang berhak menerima zakat. Ini membuktikan betapa negara Islam yang berlandasakan syariah sebagai sebagai negara ideal dalam mengurus urusan rakyat.
Wallahu'alam bishshawwab
Damayanti - Komunitas Ibu Peduli Generasi
Editor :Esti Maulenni