Mengapa Penista Agama Terus Berulang?

SIGAPNEWS.CO.ID - Masih hangat dalam ingatan, seorang selebgram Lina Mukherjee yang dengan sengaja menjadikan Islam sebagai bahan guyonan. Babi yang sudah jelas diharamkan dalam Al-Qur'an disandingkan dengan ucapan basmallah. Lina Mukherjee menyantap daging babi dengan mengucapkan bismillah. Lina pun ditetapkan sebagai tersangka pelecehan terhadap Islam. Namun, ia berkali-kali tidak memenuhi panggilan dari pihak pengadilan. Nyatanya pelecehan terhadap Islam tidak berhenti sampai sini.
Di tempat lain terdapat pula seorang laki-laki WNA yang meludahi imam masjid. Hal itu dipicu oleh suara lantunan Al-Qur'an yang berasal dari Masjid Al Muhajir, Buah Batu, Bandung. Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Budi Sartono menyambangi Imam Masjid Al Muhajir, Muhammad Basri Anwar untuk mendapat kejelasan atas apa yang menimpanya. Menurut informasi yang diterima sang imam masjid dari pihak hotel, WNA tersebut berasal dari Australia dengan inisial BCCA, 48 tahun, dengan paspor 2020 dan berakhir 2030 dan sudah meninggalkan hotel. Dan pihak kepolisian berhasil mengadang WNA di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Mengapa Penistaan agama terus berulang namun dengan gaya yang berbeda?
Penista agama semakin kreatif dengan kejahatannya. Ada yang berulah dengan bersenandung, berpuisi, membakar Al-Qur'an, menjadikan lafaz Al-Qur'an sebagai alas dan lainnya. Penista tidak memiliki rasa takut sedikit pun meski hidup di negara hukum. Karena hukum yang berlaku tidak memiliki taring. Sebab, hukum saat ini bagai mata pisau yang tumpul ke atas tajam ke bawah. Hal ini dikarenakan negara tidak punya kemampuan untuk memberikan efek jera terhadap pelaku kriminal, termasuk penista agama. Wajar saja hal ini terjadi, sebab kita hidup dalam sistem sekuler yang memisahkan agama dalam kehidupan. Agama dianggap sebagai urusan pribadi. Negara tidak boleh ikut campur tangan di dalamnya. Terlebih kebebasan yang dijunjung tinggi dalam paham sekuler ini. Pun dengan paham liberalis yang mengagungkan kebebasan beragama, berekspresi, berpendapat, dan berkepemilikan. Agama hanya ada di ruang privat saja. Agama diakui keberadaannya tetapi ditolak dalam pengaturan kehidupan. Kita tahu bahwa fungsi agama adalah mengatur kehidupan. Namun, patut kita bertanya sejauh mana keyakinan terhadap Islam ketika hasilnya jauh dari tuntunan.
Islam merupakan akidah dan syariah. Asas dari akidah Islam tidak ada Ilah kecuali Allah. Meyakini dengan hati membenarkan melalui dalil aqli dan nakli. Seorang muslim harus mengimani Nabi Muhammad adalah utusan Allah, dan Al-Qur'an Kalamullah. Di dalamnya terdapat aturan yang wajib dijalankan, yakni berupa larangan dan perintah. Bagi seorang muslim, ayat Al-Qur'an sebagai mukjizat. Al Quran sebagai petunjuk arah menuju keselamatan. Seorang muslim harus meletakkan ayat Al Qur'an pada posisi yang tinggi. Al Quran lebih tinggi di atas semua perkataan manusia. Barang siapa yang menjadikan Al-Qur'an bahan ejekan berarti sama dengan melecehkan Allah dan Rasulullah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa menghina Allah 'Azza wajalla, ayat suci, dan Rasul-Nya adalah kekafiran, dan membuat pelakunya kafir setelah Iman. Kafir dibagi menjadi tiga yakni kafir zimmy, kafir mu'ahad, dan kafir musta'man. Di antara ketiganya yang menghina Allah dan Rasul-Nya maka halal darahnya untuk dibunuh. Salah satu pilar dalam negara Islam adalah menjaga kemuliaan Islam . Islam memiliki mekanisme untuk menjadikan pelaku penista agama menjadi jera, namun dengan tetap menjaga prinsip toleransi yang ada padanya. Pun Islam melarang seorang muslim mengejek agama orang lain. Wallahu'alam bishawab.
Asiyah_Aktivis Muslimah Gempol
Editor :Esti Maulenni