Gelombang Panas Menerjang, Ulah Siapa?

SIGAPNEWS.CO.ID - Hampir sepekan lebih, cuaca di negeri ini dan beberapa negara Asia terasa panas. Dari data yang ada, di wilayah Asia sendiri suhunya mencapai 40-44°C. Tentunya hal ini akan mengakibatkan hal yang fatal jika tidak siap untuk menghadapi gelombang panas. Beberapa wilayah yang mempunyai panas cukup tinggi adalah Jepang, China, Korea, Thailand, dan Myanmar.(cnnindonesia.com, 27/04/2023).
Di Indonesia sendiri tidak terlalu signifikan kenaikan suhunya, akan tetapi sangat terasa panasnya. Hal tersebut tentu akan berdampak pada beberapa bidang. Yaitu pada sektor pertanian, peternakan, tambak, dan lain sebagainya. Menurut Ketua Departemen Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B. Hirawan, dampak utama dari gelombang panas akan sangat dirasakan oleh para petani karena berpotensi merusak berbagai komoditas. Beliau menambahkan, jika setiap tahun petani berhasil panen dua sampai tiga kali. Namun, dengan adanya peningkatan suhu (gelombang panas), maka kemungkinan hanya dapat dilakukan satu kali saja. (cnbcindonesia.com, 24/04/2023).
Gelombang panas yang ada ternyata berefek pada panjangnya musim kemarau yang akan terjadi di negeri ini. Diperkirakan kemarau sampai Agustus 2023. Hal tersebut sebagai akibat pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal (El Nino) di Samudra Pasifik.
Berbicara terkait dengan kekeringan, tentu ada faktor alam yang berbicara. Namun kita tidak bisa melihat pada sisi itu saja, harus menilik lebih dalam apa sebenarnya yang menyebabkan kenaikan suhu di permukaan bumi. Jika kita mencoba berpikir lebih mendalam terkait dengan hal tersebut di atas, maka kita akan mendapatkan bahwa kekeringan alias peningkatan suhu di bumi tak lepas dari ulah dan aktivitas apa yang dilakukan manusia terhadap alam. Karena ini sangat terkait satu sama lainnya. Penebangan hutan secara 'brutal' tanpa melakukan reboisasi, konversi lahan pertanian, eksploitasi SDA, dan yang lainnya ternyata membuat alam kini berontak dan mulai bersuara. Wajar saja terjadi bencana alam yang terus berulang, karena alam kini mulai sakit akibat ulah manusia. Salah satunya adalah penambahan suhu alias gelombang panas. Tentunya masyarakat yang terus menjadi korbannya. Para investor dan pemilik modal yang memanen materi. Kembali lagi 'rakyat jelata' yang merasakan akibatnya.
Itulah wajah kapitalis yang tampak oleh kita. Melakukan segala macam cara dan upaya demi mendapatkan materi yang banyak. Melakukan aktivitas eksploitasi secara besar-besaran tanpa melakukan recovery terhadap alam. Maka, hal yang buruk tentu akan terjadi dan menimpa manusia. Itulah potret buruk sistem yang ditetapkan saat ini. Siapa yang mempunyai modal maka mampu berkuasa dan berhasil menumpuk pundi-pundi cuan.
Gelombang panas merupakan salah satu masalah yang muncul saat sistem yang ditetapkan begitu rakus akan SDA yang kemudian bisa menghasilkan materi. Jika Islam diterapkan dalam sistem kehidupan manusia, maka ini adalah persoalan yang serius dan harus segera dicari jalan keluarnya. Tentunya agar semua tidak merasakan efek yang ditimbulkannya. Baik dari sisi manusia, hewan, ataupun tumbuhan. Karena kita menyadari bahwa dengan adanya gelombang panas ini akan membawa efek yang luar biasa kepada manusia. Dari semua sektor tentu akan terasa, apalagi pada pertanian, perikanan, dan peternakan.
Read more info "Gelombang Panas Menerjang, Ulah Siapa?" on the next page :
Editor :Esti Maulenni