Antara Stunting Dan Kemiskinan

Sebuah negeri tentu mendambakan generasi emas yang akan meneruskan estafet perjuangan. Berbagai macam cara dilakukan agar menghasilkannya. Namun begitu miris yang terjadi, ternyata stunting masih saja menjadi persoalan yang belum dapat diatasi sampai akarnya. Bahkan isu tersebut menjadi salah satu program kerja di setiap calon orang nomor wahid di negeri ini.
Sebagaimana diberitakan bisnis.tempo.com (06/12/2023) Calon Wakil Presiden Koalisi Indonesia Maju, Gibran Rakabuming Raka mengatakan bahwa asam sulfat diperlukan pada ibu hamil untuk mencegah stunting anak. Pernyataan itu disampaikan pada agenda diskusi terbuka ekonomi kreatif. Menurut Gibran, menyelesaikan perkara stunting ini sangat penting dan harus dilakukan sedini mungkin (sejak ibu hamil). Namun pernyataan tadi diklarifikasi dan meminta maaf karena yang diperlukan oleh ibu hamil bukan asam sulfat melainkan asam folat.
Ternyata masalah stunting ini menjadi persoalan yang penting dan sampai dibahas oleh para calon pemimpin negeri ini. Hal tersebut wajar dilakukan karena memang anak (generasi) sebagai calon penerus perjuangan bangsa ini. Jika angka stunting masih tinggi, maka bisa dipastikan pertumbuhan sebuah bangsa akan terhambat atau kalah saing dengan negara lain. Selain itu adalah untuk meraih dukungan dari segala pihak masyarakat agar mampu mendulang suara banyak di 2024 mendatang.
Sedih dan miris memang jika kita melihat berbagai persoalan yang ada di negeri ini. Salah satunya adalah stunting. Walaupun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mencegahnya, namun ternyata masih belum bisa menekan angka stunting tersebut. Apakah artinya ini? Jika kita perdalam lagi, maka bisa jadi usaha yang dilakukan itu belum menyentuh sisi mendalam persoalan stunting. Belum lagi, jika dana untuk program di korupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Karena kita semua mengetahui benar bahwa sistem yang diterapkan saat ini adalah kapitalis dengan asas sekuler di dalamnya. Cuan dan materi akan menjadi sesuatu yang selalu diburu untuk dikumpulkan. Ditambah lagi agama tak lagi dijadikan sebagai fondasi dalam hal menjalankan berbagai aktivitas manusia. Sehingga wajar jika program yang ada tak menyentuh akar persoalan.
Sebut saja, kemiskinan yang masih merajalela di negeri ini ternyata menjadi sebab angka stunting kian nyata. Dengan penghasilan pas atau bahkan kurang, masyarakat makan dengan menu seadanya. Ibarat kata, sudah bisa makan saja bersyukur walaupun dengan menu sederhana alias sesuai kemampuan ekonominya. Dengan begitu, bagaimana bisa mencukupi kebutuhan gizi manusia itu sendiri. Tentulah dapat dipastikan dari sisi gizinya akan kurang. Sehingga yang harusnya dikejar adalah bagaimana penyelesaian sisi kemiskinan ini karena belum bisa terpecahkan.
Jika lebih dalam kita telusuri, masalah kemiskinan ini tak lepas dari peran dari pemerintah itu sendiri. Karena pemerintah bertanggung jawab atas masyarakat yang dipimpinnya. Termasuk untuk penyediaan lapangan pekerjaan bagi laki-laki atau tulang punggung keluarga. Namun fakta membuktikan, lapangan pekerjaan yang ada justru lebih banyak dari sisi perempuan alias ibu-ibu. Sehingga yang terjadi adalah para emak akan keluar dari ranah privatnya untuk membantu suaminya dari sisi ekonomi. Dapat dipastikan yang terjadi adalah anak-anak akan kurang perhatian dari sang ibu, termasuk bagaimana ia kekurangan dari sisi pemenuhan gizinya.
Pandangan Islam
Dalam pandangan Islam, masalah yang muncul di masyarakat akan dikaji terlebih dahulu untuk dicari solusinya. Tentu harus menyentuh pada sisi mendalam dari sebuah persoalan tadi, artinya sampai pada akar permasalahannya. Karena jika tidak menyentuh akarnya, maka solusi yang muncul tak mampu mengatasi persoalan yang ada. Pasti akan muncul lagi, tenggelam, kemudian muncul lagi. Begitulah kondisi yang bisa kita rasakan.
Kemudian dalam Islam juga, fondasi untuk menyelesaikan persoalan kehidupan manusia mengacu pada akidah Islam. Sehingga ketika muncul solusi maka insyaAllah dipastikan sesuai dengan hukum syarak dan akan bisa diterapkan pada kehidupan dunia ini. Jadi tidak asal-asalan untuk bisa menemukan solusi hakikinya. Karena mempunyai standar yang harus dijalankan yaitu hukum syarak tadi. Selain itu, pemerintah juga mempunyai peran penting untuk meriayah serta mengayomi seluruh rakyatnya. Termasuk pada pengecekan apakah sang ayah mendapat pekerjaan dengan layak? Atau apakah pangan sebuah keluarga terpenuhi dengan baik? Hal tersebut harus dicek langsung oleh pemerintah dari sisi pemenuhannya. Sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar. Beliau setiap malam melakukan patroli guna mengecek apakah seluruh rakyatnya telah tidur dan makan dengan layak.
Pemimpin yang hadir dalam sistem Islam ini tentunya akan senantiasa taat terhadap perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Berbekal keimanan yang kokoh tadi, maka amanah yang ada di pundaknya akan dijalankan sesuai dengan yang diharapkan. Karena mereka menyakini bahwa kelak di yaumil akhir akan dimintai pertanggungjawaban atas segala apa yang dilakukan di dunia, termasuk bagaimana riayah yang dilakukan kepada rakyat. Oleh sebab itu, kehati-hatian sangat tercermin dalam proses ini. Jangan sampai melakukan kesalahan fatal yang akan berdampak pada diri sendiri.
Masalah stunting ini akan bisa teratasi jika sistem yang ada dalam kehidupan manusia bersumber dari Sang Pencipta, yaitu Islam. Karena Islam mempunyai aturan khusus dan lengkap untuk mengatur manusia selama hidup di dunia ini. Termasuk di dalamnya bagaimana periayahan yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Semoga Islam segera dapat diterapkan agar seluruh persoalan di dunia ini dapat diatasi dengan tuntas. Termasuk salah satunya adalah kemiskinan yang merambat apada stunting. Wallahua'lam. [ ]
Mulyaningsih_Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga
Editor :Esti Maulenni