Transportasi Publik Aman dan Selamat, Hanya Ada Pada islam
SIGAPNEWS.CO.ID - Publik kembali berduka dan bersedih. Kembali lagi, kejadian kecelakaan menambah deretan catatan hitam bagi negara. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa telah terjadi kecelakaan antara mobil dan kereta feeder pada 15 Desember 2023. Kejadiannya di perlintasan kereta di cakung. Enam orang tewas serta puluhan mengalami luka-luka. Walaupun terdapat palang pintu, ternyata ada kegagalan dalam sistemnya sehingga mobil bisa masuk perlintasan dan kecelakaan tak dapat dihindari. Di sisi lain, ada bus terguling dan menyebabkan korban yang signifikan. Kejadiannya menimpa Bus PO Handoyo di Tol Cipali, Jawa Barat. Kelalaian pengemudi serta kondisi jalan tol menjadi fokus dalam penyelidikan kecelakaan tersebut. (cnnindonesia.com, 26/12/2023)
Lagi dan lagi, kejadian kecelakaan terus saja menjadi bayang-bayang hitam dan menjadi catatan kelam. Dari dua kejadian di atas, kita melihat bahwa kondisi transportasi di negeri ini belum menjadi perhatian khusus dan serius dari pemerintah. Hal tersebut menandakan bahwa keselamatan para penumpang belum menjadi prioritas utama dan pertama. Padahal modal transportasi tersebut adalah transportasi publik dengan jumlah penumpang yang tidak sedikit. Dari sini kita bisa melihat bahwa keseriusan benar-benar nihil, ditambah pengecekan terhadap segala sesuatunya pun amat kurang. Padahal kedua hal tersebut sangat penting dilakukan.
Kapitalisme, telah merajai di seluruh negeri tak terkecuali di Indonesia. Sistem tersebut telah berhasil menancapkan hegemoni serta kekuatannya di seluruh dunia sehingga wajar jika pemahaman negara di dunia sekarang sama yaitu menjadikan manfaat sebagai sumber utama yang dicari dan materi menjadi sandaran dalam setiap apa-apa yang akan dilakukan. Termasuk pula dalam hal menentukan kebijakan yang akan dikeluarkan. Semua tentu akan bersandar kepada materi, kebermanfaatan, dan masalah untung rugi. Karena nyatanya negara tak lagi menjadi sesuatu yang melindungi dan mengayomi rakyatnya. Negara hanya menjadi regulator, sementara pelaku sesungguhnya diserahkan kepada pihak swasta (baik dalam atau luar negeri). Wajarlah jika memang unsur bisnis menjadi prioritas utama. Keuntungan menjadi hal yang senantiasa dikejar dan dicari.
Fakta di atas jika kita sandingkan dengan kejadian kecelakaan yang disebut di awal maka akan sangat cocok dan wajar terjadi. Walaupun kita menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan menghindari. Namun jika 'qada' dari Allah sudah ditentukan maka tak bisa dihindari. Namun, kita juga wajib berusaha untuk melakukan yang terbaik agar keselamatan bisa terwujud dengan sempurna. Nah, hal inilah yang kemudian kurang di negeri ini. Pengontrolan terhadap sistem kerja kendaraan sangat penting dilakukan secara berkala. Termasuk juga sistem-sistem yang berkaitan dengannya. Sebagai contoh ketika kita berbicara terkait dengan modal transportasi publik kereta api, maka kita akan langsung berpikir bahwa mengecek segala sesuatunya. Mesin, kelaikan jalan kereta api, pintu darurat, termasuk pada palang pintu di berbagai perlintasan. Terkadang masalah palang pintu ini tidak terlalu diperhatikan, padahal amat penting keberadaannya. Karena jika itu tidak bisa berjalan dengan optimal, maka bisa jadi kecelakaan tentu tak bisa dihindari.
Begitu juga dengan modal transportasi publik yang lainnya. Misalnya bis, maka pengecekan secara berkala terkait dengan kelaikan jalan sangat diperlukan. Termasuk pula pada detail di mesin, rem, klakson, dan yang lainnya. Jangan sampai hal tersebut tidak berfungsi karena sangat membahayakan penumpang nantinya. Begitu juga dengan jalan raya, harus dicek secara rutin. Apakah banyak paku, jalanan berlubang, atau hal lainnya. Semua faktor tersebut harus menjadi fokus utama agar keselamatan itu bisa diraih, tanpa ada kata pasrah. Itu menjadi tanggung jawab pemerintah karena sebagai periayah rakyat.
Semua dapat dilakukan secara maksimal dan optimal jika sistem yang ada tak lagi berbicara bisnis untuk keselamatan rakyatnya. Sistem tersebut adalah Islam. Dalam Islam, negara dalam hal ini adalah pemerintah mempunyai tanggung jawab penuh untuk meriayah rakyat. Salah satunya adalah menyediakan transportasi aman dan nyaman, tak lupa unsur keselamatan menjadi hal utama.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Beliau amat mempedulikan akan hal itu, termasuk pula pada akses jalan yang harus mulus alias bisa dilewati dengan sempurna oleh manusia dan hewan. Jangan sampai ada keledai yang terperosok karena jalanan berlubang.
Dalam Islam juga, transportasi sangat didukung penuh untuk disediakan yang terbaik bagi umat. Karena memang dalam negara Islam, kas negara yang ada dalam Baitul mal benar-benar akan digunakan sesuai peruntukannya. Salah satunya adalah pembangunan dalam sarana pelayanan masyarakat yang vital seperti jalan raya maka ada alokasi dananya. Termasuk dalam hal ini menyangkut perihal transportasi publik yang menjadi kewajiban penuh negara untuk menyediakannya. Tak hanya bagus dari sisi alatnya, namun dipastikan kelaikan pemakaiannya. Dengan begitu, insyaAllah keamanan serta keselamatan bisa diwujudkan selain memohon kepada Allah untuk selalu menjaga dalam setiap keadaan.
Itulah yang tergambar jika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan dunia. Prioritas utama tentunya menciptakan kemaslahatan umat dan menyediakan berbagai keperluan pokok serta vital baginya. Didukung pula dengan para pemimpin yang benar-benar amanah dalam menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Wallahua'lam.
Mulyaningsih - Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga
Editor :Esti Maulenni