Perbedaan Optimus dan Pesimus

Sekian banyak diantara kita ada beberapa yang berfikir kegagalan itu sebuah takdir yang terencana untuknya. Memandang bahwa setiap orang berbeda tergantung siapa yang melakukannya. Sehingga gampang sekali melontarkan kamu mah enak, enak ya jadi kamu,dan lainnya. Bener setiap rezeki sudah diatur namun ini tampak ada sisi yang salah. Pemberian atas izin dan pertolongan itu juga bisa datang karena ada usaha dan doa. Buka menyerah berputus asa dan menyalahkan keadaan. Kita punya pilihan dalam hidup.
Sosok yang optimus juga pernah gagal bahkan lebih sering hanya saja mereka tekun berusaha melakukan yang lebih baik lagi. Tidak pernah menyalahkan diri apalagi orang lain dan keadaan. Yang bisa berpotensi merendahkan diri dan mencela apa yang ada di sekitarnya. Selagi ada waktu punya kesempatan maka optimus senantiasa berbuat dengan berfikir terlebih dahulu. Supaya jelas dan tidak salah sasaran yang ingin di tuju.
Yang memberi rasa semangat dan menguatkan adalah diri sendiri berada dalam diri yang kadang juga butuh penguat dari luar. Rajin lah mencari inspirasi yang bisa membuka pola pikir dan memperbaiki keadaan yang sedang berantakan. Memahami bagaimana cara untuk keluar dari rasa malas dalam perjuangan lebih bergairah terinspirasi dari orang hebat.
Dikatakan sebagai orang yang hebat bukan ada karena dilahirkan melainkan membentuk kepribadian berkali-kali menerima benturan keras. Tapi mampu mengendalikan diri punya prinsip dasar yang sejak awal dijadikan sumber. Maka di sini terlihat orang yang hebat tidak pernah berhenti belajar merasakan bagaimana lelahnya mencari ilmu yang kemungkinan besar orang lain tidak melakukan sepertinya.
Berbicara tentang pesimus sangat mudah dipahami karena kita sering menjumpai pada kehidupan orang-orang suka mengeluh dan termasuk juga kita pernah seperti itu. Setiap kegagalan dipenuhi rasa kecewa muncul rasa marah untuk menyalahkan pihak tertentu dan merasa dirinya sudah benar. Kalau pun merasa dirinya salah ini lebih parah sangat sulit untuk bangkit.
Sosok pesimus selalu memiliki berbagai alasan membuatnya berhak untuk tidak melakukan apapun. Suka menyalahkan ini dan itu yang padahal permasalahan terletak pada dirinya. Bermasalah dalam berfikir dan selalu juga dalam berbuat yang salah sehingga hasilnya pun sesuatu yang salah. Jadi untuk menjadi optimus atau pesimus adalah pilihan secara bebas dalam memilih bukan paksaan.
Editor :Esti Maulenni