Mewujudkan Al-Quran Sebagai Landasan

Manusia adalah ciptaan Allah Swt yang paling sempurna, karena bukan hanya memiliki naluri akan tetapi Allah Swt juga memberikan akal untuk berpikir, dengan akal manusia bisa membedakan antara halal dan haram, benar dan salah, yang Haq dan bathil, sesuai dengan tuntunan al-qur'an dan as-sunah.
Allah Swt juga menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan, dan memiliki peran tersendiri masing-masing dari keduanya, memiliki kelebihan dan kekurangan bahkan setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda.
Selain itu Allah juga menciptakan jin, hewan dan tumbuhan, kehidupan dan seluruh alam semesta, tidak ada yang lepas dari pengawasan Allah Swt terhadap makhluk ciptaannya.
Allah Swt menciptakan segala sesuatu bukan tampa tujuan, akan tetapi sadarkah kita akan tujuan dari penciptaan sebagai makhluk Allah di dunia ini. Sebagai seorang muslim tentu kita tahu bahwa al-qur'an menjelaskan tujuan kita hidup adalah untuk beribadah kepada Allah Swt, seperti yang dijelaskan al-qur'an surat Az-Zariyat ayat 56.
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
Namun pada faktanya al-qur'an tidak dijadikan landasan dalam kehidupan, sehingga agama hanya dijadikan identitas pengenal, ibadah pun dilakukan sebagai ritual semata, tak terikat pada hukum Syara' yang telah ditetapkan, tidak ada rasa takut dan kecemasan akan masa depan ketika aturan agama dicampakkan.
Padahal sebagai seorang muslim seharusnya kita fahami bahwa dunia ini hanyalah permainan, persinggahan sementara untuk menuju kehidupan sebenarnya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam qur'an surat Muhammad ayat 36
"Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan Allah tidak akan meminta hartamu."
Ayat diatas menjelaskan kehidupan akhirat adalah tujuan. Dimana setiap jiwa kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Tidak akan ada yang terlewat dari pengawasan Allah Swt, dan ada malaikat yang selalu mencatat semua kebaikan dan keburukan yang dilakukan seorang hamba.
Allah Swt berfirman dalam QS surat az-zalzalah ayat 7-8 yang berarti keguncangan, bahwa kebaikan dan keburukan sebesar biji zarrah akan mendapatkan balasan.
Balasan yang disebutkan adalah balasan yang sempurna dari perbuatan seorang hamba, yaitu pada hari pembalasan atau hari akhir kelak.
Dengan memahami ayat-ayat diatas, semestinya kita kembali pada fitrah sebagai hamba Allah yang lemah dengan segala kerterbatasan, kembali kepada syari'at Allah Swt dengan menerapkan al-qur'an dan as-sunah sebagai sumber hukum, dan berharap mendapat ridho serta Rahmat-Nya, tentu dengan menerapkan ajaran Islam seutuhnya.
Karena sebagai muslim tentu kita mengharapkan kehidupan bahagia bukan hanya di dunia akan tetapi bahagia juga di akhirat sana, karena cita-citanya adalah surga.
Wallahu a'lam bissawab .
Editor :Esti Maulenni