Mimpi Semu, Sejahtera Dengan Pendidikan Vokasi?

SIGAPNEWS.CO.ID - Program Vokasi adalah program pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menerapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya, siap kerja dan mampu bersaing secara global (simak.ui.ac.id).

Pendidikan vokasi menjadi salah satu poin  pada isu nasional sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Pemerintah mendorong perguruan tinggi melakukan inovasi, salah satunya dengan meluncurkan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). 

Program Merdeka Belajar- Kampus Merdeka atau MBKM memiliki beberapa program yaitu: pertama, adanya pertukaran pelajar atau pertukaran mahasiswa; yang kedua, magang atau praktik kerja; ketiga, ada asisten mengajar di satuan pendidikan; keempat, ada penelitian atau riset; kelima, ada proyek kemanusiaan; keenam, ada kegiatan wirausaha; ketujuh, ada study atau proyek independen; dan yang terakhir yang kedelapan yaitu ada membangun desa atau kuliah kerja nyata tematik (KKNT) (kompasiana.com/12/03/2022).

Dengan adanya program MBKM diharapkan menghasilkan lulusan yang terampil dan siap kerja di dunia kerja dan industri sesuai dengan tujuan pendidikan vokasi. Namun, vokasi menjadi polemik di dunia industri, dimana ketidaksesuain kebutuhan dengan perusahaan-perusahaan. Ketidaksesuaian ini akan berdampak pada masih sedikitnya penyerapan lulusan vokasi di dunia industri.

Pendidikan vokasi sejatinya hanya mencetak tenaga kerja teknis, bukan tenaga ahli, yang tentunya standar gajinya tidaklah tinggi. Pada faktanya sejahtera tidak hanya ditentukan dari gaji saja, akan tetapi ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan. Sebab, lagi-lagi dunia industri mencari untung bukanlah rugi. Maka otomatis dunia industri memiliki mekanisme penggajian yang tidak merugikan dirinya. 

Di tengah sinyal positif Upah Minimum Provinsi (UMP) akan dinaikkan oleh Menteri Ketenagakerjaan pada tahun 2023, tetapi di lain sisi ada 4.000 pekerja terancam PHK. Mengandalkan pendidikan vokasi dengan harapan lulus langsung terserap di dunia kerja dan industri dengan kondisi sistem kapitalis hari ini, sangatlah tidak mungkin.

Kesejahteraan yang ingin didapat dengan mudah dan mungkin hanyalah mimpi di siang bolong. Apatah lagi biaya pendidikan vokasi tidaklah murah, butuh biaya besar untuk mendapatkan skil yang mempuni. Karena faktanya dalam kurikulum vokasi metode pembelajaran yang dirancang hanyalah 30% teori dan 70% praktek. Tidak heran ketika turun ke lapangan mereka membutuhkan biaya yang cukup banyak.

Maka, wajar jika sistem pendidikan hari ini seperti menjadikan mahasiswa sebagai “mesin atm” sebab untuk melipatgandakan uang sangatlah mudah. Bagi mereka yang ingin mendapatkan skil dan fasilitas memadai harus mengeluarkan uang yang banyak, tetapi bagi mereka yang tidak memiliki biaya hanya bisa gigit jari melihat kemilau pendidikan bagi mereka yang berduit, sungguh ironis.

Sistem pendidikan saling berkaitan erat dengan ekonomi, dengan segala latar belakang  tujuan bekerja. Berkuasanya  sistem ekonomi kapitalis sebagai ideologi pemain utama dengan visi misi meraup rating keuntungan yang besar.

Tak ayal pendidikan sangat berpengaruh dan terpaksa tunduk untuk mengikuti skenario sistem ini. Sejatinya, permainan yang dibuat sangatlah halus seolah-olah baik ternyata menjadi malapetaka. Kapitalisme telah berhasil mengubah skenario awal  sistem pendidikan.

Ditambah lagi, arah pendidikan hari ini menjauhkan para generasi dari fitrahnya sebagai seorang muslim. Disibukkan dengan berbagai kuliah, organisasi, tugas, magang, dan lain sebagainya. 

Pada akhirnya mereka terjebak pada kubangan sistem pendidikan kapitalis. Tidak sedikit dari mahasiswa yang merasa kosong dan mengalami depresi akibat berbagai problematika yang mereka hadapi.

Sebab, tuntutan yang memaksa mereka untuk terus menunjukan eksistensi. Tidak heran, mereka menjadi orang yang "study oriented", yang menginginkan kesempurnaan tanpa perlu tahu permasalahan yang mereka hadapi. Terlebih sebenarnya mereka telah terjebak terlalu dalam pada sistem hari ini.

Salah satu cara untuk mengembalikan sistem pendidikan pada visi misi awalnya dan keluar dari jebakan sistem yang salah adalah dengan membebaskan diri dari sistem kapitalis yang telah tertancap dalam. Hal tersebut bukanlah perkara yang mudah, tetapi bukan pula hal yang sulit, ketika sistem penggantinya benar. 

Islam merupakan agama paripurna, bukan hanya agama yang mengajarkan pemeluknya untuk mengerjakan ibadah ritual saja. Namun merupakan tatanan kehidupan bagi manusia. Islam mewajibkan umatnya untuk memiliki pendidikan yang baik, sehingga mendapatkan pemikiran (tsaqofah) Islam yang lurus. Sebab tsaqofah adalah fondasi dari sebuah peradaban.

Sistem pendidikan Islam memberikan jaminan atas kebijakan pendidikan  untuk menjaga tsaqofah dan identitas muslim diterapkan di segala lini kehidupan. Pendidikan diberikan secara merata tanpa syarat dan ketentuan yang berlaku seperti pada sistem saat ini. Pendidikan diartikan sebagai proses seseorang mencapai rida Allah SWT. 

Pemikiran (fikrah) dalam pendidikan Islam tidak lepas dari penerapannya (thariqoh), yakni khilafah. Khalifah sebagai pemimpin negara wajib membuat kebijakan untuk menjamin pelaksanaan pendidikan Islam. Termasuk perjuangan untuk mengembalikan sistem yang seharusnya butuh usaha yang ekstra. Sebab ketika sistem yang benar (Islam) itu tidak diperjuangkan, maka kesejateraan hanyalah mimpi yang tidak akan terwujud nyata. 

Wallahualam bissawab