Pengajian Dinyinyirin, Apa Kata Dunia

Keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam. foto ilustrasi. net
Keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Hadis di atas tentu bertolak belakang dengan video yang viral baru-baru ini. Terkait pidato presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri yang menyindir ibu-ibu gemar pengajian.
(sindonews.com, 18/2/2023)
Perlu diketahui, dalam Islam menuntut ilmu ada 2 macam. Pertama, menuntut ilmu dunia hukumnya wajib kifayah. Artinya, jika ada satu orang atau lebih yang menuntut ilmu dunia, seperti sekolah sampai ke perguruan tinggi, maka gugurlah kewajiban orang yang lainnya.
Apabila mempunyai anak lulusan sarjana, pekerjaan bagus, gaji tinggi, boleh saja bangga. Tapi perlu diingat, bahwa itu sementara. Persaingannya tidaklah istimewa, karena siapapun bisa. Baik yang beriman ataupun yang belum beriman, baik yang muslim ataupun non muslim. Dalam hal ini, mengistimewakan yang hilang tidak ada gunanya. Mengagungkan yang hancur atau fana itu biasa. Jadi apa yang mau diunggulkan di dunia?
Kedua, menuntut ilmu agama hukumnya wajib 'ain. Artinya, kewajiban ini dibebankan pada setiap muslim yang baligh hingga ia wafat. Jika tidak ditunaikan maka berdosa. Sama halnya dengan kewajiban sholat lima waktu.
Anehnya, jika sampai ada yang nyinyirin emak-emak gemar ikut pengajian bisa menyebabkan anak-anaknya terlantar, tentu ini pernyataan yang tidak berdasar.
Justru dengan gemar pengajian mereka menjadi cerdas. Terdidik akliyah (pola pikir) dan nafsiyahnya (pola sikapnya) sehingga terbentuk syakhsiyah Islam (kepribadian Islam) yang menjadikan mereka taat pada hukum syarak atau syariat Islam dalam segala aspek kehidupannya.
Otomatis mereka paham akan hak dan kewajibannya sebagai ummu warabatul bait yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.
Mereka inilah yang nantinya bisa melahirkan generasi cemerlang dan berkualitas. Sebab, jangankan gizi anak, pendidikan pola asuh yang mereka berikan berdasarkan syariat Islam. Standarnya halal-haram. Bukan melahirkan generasi yang plin plan, baperan, dan labil.
Perlu digaris bawahi, bahwa rusaknya generasi saat ini bukan karena kesalahan emak-emak yang gemar pengajian, tetapi karena ruang asuh mereka yang dibajak oleh kapitalis-sekulerisme.
Bagaimana tidak, anak yang seharusnya mendapatkan perhatian pendidikan akidah dari orang tuanya, khususnya ibu, malah banyak yang terabaikan. Hal ini terjadi karena desakan kebutuhan. Seorang ibu terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Akibatnya, tugas utama ibu sebagai ummu warabatul bait tidak tertunaikan.
Jadi tidak sepantasnya nyinyirin ibu-ibu pengajian. Bagaimana dengan ibu-ibu yang gemar dugem? Pernahkan negara merespon mereka? Memberikan pengarahan pada mereka?
Namun kita sadar, hari ini umat sedang dijauhkan dari ilmu agama melalu propaganda Barat. Mereka menakut-nakuti umat dengan opini Islam radikal atau garis keras, agar umat takut dengan keislamannya.
Untuk itu, mendakwahkan Islam dengan ikut pengajian adalah jalan satu-satunya agar dapat mencetak generasi cemerlang dan bisa menyadarkan umat kembali pada Islam kaffah.
Allah akan mengangkat derajat mereka yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Dengan menuntut ilmulah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan hartanya apalagi nasabnya.
Wallahualam bissawab.
Penulis: Luluk Kiftiyah_Muslimah Preneur
Editor :Esti Maulenni