Wujudkan Impian Berprofesi Maling
INSPIRASNEWS - Setiap manusia memiliki kebutuhan jasmani dan rohani. Alasan ini yang mengharuskan senantiasa bergerak untuk bisa memenuhinya. Ketika tidak terurus dengan baik mengakibatkan sesuatu terasa tidak nyaman bahkan bisa berbahaya.
Namun perlu diingat pemberian rezeki sudah diatur kadang bekerja sekeras apa pun hasilnya bukan karena gerakan melainkan pemberian dari Allah SWT.
Makanya tidak boleh mengakui pencapaian hasil dengan sombongnya karena diri dan tidak boleh mencelanya jika rezeki tidak melonjak seperti sebelum-sebelumnya.
Mengenai rezeki bukan hanya berbentuk uang saja, bisa melihat, bernapas, tetangga memberi makanan, punya teman yang baik dan lainnya adalah pemberian rezeki yang membahagiakan.
Kejadian yang bisa hinggap kedalam diri merasa kekurangan seolah-olah tak bisa mencukupi. Kefokusan bisa berada dikeinginan bukan lagi kebutuhan. Membeli produk-produk luar negeri, memakan makanan berkelas dan rumah bak istana raja.
Perabotan yang mahal hampir memenuhi rumah dari pintu depan sampai kebelakang. Bisa belanja kapan saja dan beli apapun yang mau.
Bagaimana dengan kasus orang yang nakal berada disekolah gagal diberi pemahaman. Melanjutkan keperguruan tinggi tidak mampu ditambah lagi ada perbedaan antara diri dengan teman yang semangat bercerita ingin kuliah.
Bahkan reunian bahas kuliah akhirnya hanya bisa berdiam tanpa memberi komentar. Dikampung lowongan kerja tak dicapai banyak yang rebutan dan upahnya murah. Dirumah membosankan dimasyarakat tak punya peran jadi bingung.
Impian masa depan banyak yang diwujudkan tetapi satu diantaranya belum kecapai. Mau kerja tidak dapat, mau nikah tak punya uang, mau belanja sudah besar minta sama orang tua jadi malu, digosipin sudah tua hidupnya gitu-gitu aja, semakin panas teman posting kegiatan dikampus dengan teman barunya.
Dulu bisa ketawa bersama sekarang tidak bisa membersamai lagi prosesnya bertahun-tahun.
Faktor luar ini yang menyebabkan stres mau kemana menuju kemana tak ada yang dikunjungi. Dan faktor dalamnya dirumah broken home alias tak bahagia, selalu ada perbedaan dalam keluarga, kepribadian yang buruk masih ada dalam diri, dan akhirnya kacau balau.
Tanpa pikir panjang dengan berprofesi sebagai maling dimalam hari di siang harinya kerasa jadi kaya gitu. Bekerja dengan profesional pembagian kerja ada yang sebagai mata-mata, ada yang rajin cari pintu masuk, disiplin tengah malam dan punya strategi yang dihandalkan.
Tak peduli rumah siapa yang penting incarannya menghasilkan uang. Meskipun perabot serba-serbi yang tak dibutuhkan bisa dijual.
Maling sekali berhasil dalam pekerjaannya semakin semangat dan percaya diri tidak selalu ketangkap penghuni rumah tidak tau. Jika dapat Hp, laptop, kipas angin, setrika bisa digunakan pribadi tanpa pusing bagaimana cara membelinya. Uang curian bisa memuaskan dahaga mimpinya satu persatu bisa terwujud.
Ada yang tau kira-kira solusi apa yang menjadi obat menyembuhkan penyakit ini. Mau kerja pekerjaan tak ada yang dikerjakan, mau berteman seharmonis dulu pada sibuk cita-cita masing-masing dan parahnya diri tidak tau arah dan tujuan.
Dampak dari kegiatan ini sangat dilarang karenakan kepemilikan orang lain diambil tanpa sepengetahuan. Merugikan pihak lain demi meraih keuntungan untuk diri. Menikmati hasil kerja payah orang lain dengan cara cukup mengambilnya saja.
Menggunakan hasil curian dan memakannya tidak merajut kebahagiaan. Kesalahan ini jika sering dilakukan tanpa merasa bersalah akan semakin bahaya untuk simaling. Kehidupannya tidak berkah dan nantinya akan dipertanyakan dari mana mendapatkan harta itu.
Dibalik masalah ini pasti ada masalah, jika pekerjaan tersedia tidak mungkin kepikiran untuk menjadi maling. Jika pendidikan berhasil menjadikan murid berpedoman pada Islam akan terbentengi.
Jika keluarga memiliki program yang mengarahkan buah hati maka tak akan sebingung ini. Jika masyarakat siap memberi nasehat senantiasa memperhatikan remaja maupun kalangan lainnya. Menerapkan nahi mungkar akan memberi ketakutan, malu dan perasaan bersalah.
Editor :Esti Maulenni