Pemerintahan Bisa Ambruk

Kalau kepemimpinan Islam dulu pernah sebelum runtuh 1924 dipraktikkan dengan baiat apalagi kepala negara tidak boleh kosong lebih dari tiga hari. Pada dasarnya mekanisme mudah,murah,dan cepat. Tidak perlu mengeluarkan biaya mahal untuk spanduk, memberikan janji sekaligus hadiah,atau pun sejenisnya. Kenapa sistem ini hilang dan tergantikan? Ataukah pemaknaannya ada yang lebih baik dari ini untuk digantikan?
Kita coba belajar analisis proses pengembalikan dana yang telah habis awal pencalonan diri ketika menggunakan uang dari kantong sendiri atau minta bantuan kepihak yang lain yang bisa menimbulkan hutang dalam materi dan jasa.
Kemungkinan ada dan tidak semuanya seperti itu namun tingginya kasus korupsi menjadi tanda tanya. Apakah gajii yang diterima tidak mencukupi atau tidak memuaskan?
Jika dibiarkan terus-menerus pemimpin yang mana mensejahterakan rakyat dengan masa jabatan yang singkat. Ditambah lagi kasus ikut berbisnis menambah rasa kecewa. Tidak ada salahnya untuk berbisnis tetapi tidak mencampuri pengurusan negara.
Meskipun nanti diakhirat keadilan Allah yang paling adil akan dipinta pertanggungjawaban namun mayoritas Islam perlu aktivitas Amar Makruf Nahi Munkar.
Mengkritik upaya memberi nasehat dan masukan supaya ada perubahan dan perbaikan. Tidak dicitrakan menjelek-jelekkan bukan perpecahan yang diharapkan persatuan dan kedamaian secara bersama.
Wajar saja jika ada kelompok menginginkan sistem Islam berpikir sebagai solusi atas masalah yang tidak ada ujungnya. Mudah-mudahan persatuan semakin kuat dan kerjasamanya karena keridhoan Allah SWT.
Read more info "Pemerintahan Bisa Ambruk" on the next page :
Editor :Esti Maulenni
Source : bisnis.tempo