Ustadz Radikal Mengancam Siapa?

Dalam hal ini pemerintah pun terus memprovokasi public agar waspada terhadap kelompok dan tokoh radikal. Padahal yang mereka tunjuk adalah kelompok dan tokoh yang kritis terhadap kezaliman dan mengajukan solusi bagi perbaikan kondisi negeri.
Bukan hal yang aneh jika setiap kelompok Islam yang kritis dan berseberangan dengan sepak terjang penguasa, senantiasa dicap sebagai kelompok radikal.
Ironisnya stigma negatif kelompok radikal itu disematkan hanya pada kelompok Islam saja dan tidak berlaku pada kelompok diluar Islam. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti masyarakat secara umum termasuk umat Islam secara khusus. Bagi masyarakat umum akan semakin tertanam di dalam pemahaman mereka bahwa radikalisme adalah sebuah tindakan kejahatan yang harus dijauhi bahkan dilawan.
Bagi umat Islam istilah ini menyebabkan mereka semakin menjauhi ajaran agamanya yang paripurna, akibatnya keterikatan terhadap Islam akan semakin lemah. Perang terhadap radikalisme yang bukan hanya ditujukan kepada tertentu,namun perang ini pun dilakukan terhadap sejumlah ajaran Islam. Taktik yang dilakukan adalah menciptakan kriminalisasi dan monsterisasi terhadap syariat Islam, jihad dan Khilafah.
Di sisi lain, rakyat seakan tak mengindahkan terhadap isu ini. Beratnya beban hidup membuat mereka lebih memandang penting persoalan ekonomi, alih-alih peduli pada radikalisme.
Ketika rakyat kelaparan karena kebutuhan pangan serba mahal, sementara lapangan pekerjaan susah didapatkan, ternyata pemerintah sibuk dengan topik bahasannya sendiri. Seperti radikalisme, ekstremisme, proyek prestisius, dan rencana boyongan ibu kota negara. Sehingga hati rakyat dan penguasa tidak sejalan.
Akibatnya, persoalan tidak terselesaikan, berlarut-larut, dan memunculkan masalah turunan. Inilah gambaran hubungan rakyat dan penguasa dalam sistem kapitalisme saat ini.
Rakyat harus banting tulang memenuhi kebutuhannya sendiri, sementara penguasa sibuk dengan urusannya sendiri. Bahkan sama sekali tidak terwujud aspek riayah, dimana penguasa melayani rakyat dengan memenuhi kebutuhan mereka secara makruf (optimal). Riayah penguasa justru dialamatkan pada segelintir pengusaha kapitalis yang telah melicinkan jalan mereka menjadi penguasa, dengan lembaran rupiah, pada masa kontestasi.
Read more info "Ustadz Radikal Mengancam Siapa?" on the next page :
Editor :Esti Maulenni
Source : Kompas