LGBT Bukan Siapa-Siapa

Unilever beroperasi lebih dari 180 negara dan dindonesia sendiri sudah beroperasi lebih dari 86 tahun , Unilever tersebut ikut mendukung LGBT. Memberi kesempatan LGBT pada bisnis dan masuk bagian koalisi global. Bahkan meminta Stonewall lembaga amal mengaudit dan tolak ukur Unilever untuk LGBT.
Ada juga penjelasan dari Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat mengungkapkan bahwa ada 5 fraksi di DPR yang mendukung LGBT. Namun tidak membeberkan nama partai-partai yang dimaksud dan menegaskan kejelasan PAN menolak LGBT.
Keributan terjadi lagi pada Deddy Corbuzier mengundang Ragil Mahardika dan Frederik Vollert di dalam podcastnya. Dianggap memberi ruang LGBT memahamkan yang perlu diketahui publik. Mereka sama seperti manusia pada umumnya hanya saja berbeda dalam ketertarikan pada pasangan.
Judulnya juga mengagetkan tutorial menjadi gay dalam pembahasannya sempat menanyakan apa bisa menjadikan gay. Ditanggapi kembali bisa saja untuk mencoba hal-hal yang baru.
Menormalisasikan LGBT membuat para pelaku berterima kasih dan mulai berani membuka diri siapa sebenarnya mereka . Yang sebagian besar menyembunyikan identitas berubah menunjukkan diri secara terang-terangan di hadapan keluarga hingga ke publik yang selama ini dikhawatirkan menjadi kebahagiaan. Panggung yang dimaksud keberadaan LGBT diterima tanpa diskriminasi.
Muncul di permukaan kemarahan publik bahwa LGBT yang dipahami pernah terjadi pada kaum Luth merupakan sesuatu yang buruk dan penyimpangan ini tidak boleh eksis. Diakui tidak bisa memiliki anak dan generasi yang ada pada hari ini bisa terpapar menghawatirkan kerusakan hingga di masa depan.
Rasanya sulit sekali terbendungnya kontroversi yang dilandasi dengan hukum buatan manusia bebas dalam pengaturan tanpa melibatkan agama. Bertentangan dengan Islam sekalipun menjadi hal biasa dengan keterangan jangan bawa-bawa agama. Pemahaman yang menganggap negara bukan berisikan beragama Islam saja namun tidak memikirkan akibat yang dihadapi Islam sendiri. Apalagi di Indonesia mayoritas Islam harus mengambil bagian dari Amar ma'ruf nahi munkar.
Permasalahan yang ada solusi tertinggi adalah mengembalikan kepemimpinan islam dengan sistem pemerintahan yang shohih. Peraturan yang diterapkan tidak memandang untung rugi melainkan sesuai perintah dan larangan. Ajaran Islam kebenarannya tak tertandingi dan umatnya adalah yang terbaik sudah lengkap membahas terkait apapun.
Maka daripada itu kembali melanjutkan kehidupan Islam yang telah hilang sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin termasuk kerajaan hingga Utsmani gambaran nyata adanya pemerintahan Islam pernah jaya. Sedangkan kerusakan dan kehancuran adalah gambaran ketika menjadi Islam tetapi mengabaikan hingga berada di luar koridor Islam.
Sudah saatnya kita semua mewujudkan kepemimpinan islam yang menerapkan Islam secara Kaffah baik pada individu, masyarakat dan negara. Karena hanya itu satu-satunya mewujudkan kesejahteraan dan keadilan yang dirindukan.
Editor :Esti Maulenni