Matinya Naluri Kemanusiaan Ditengah Meningkatnya Kemiskinan

Foto ilustrasi. Sumber net.
Mengejutkan, mengutip dari World Population Review, Indonesia masuk dalam urutan ke-73 negara termiskin di dunia. Pendapatan nasional bruto RI tercatat US$3.870 per kapita pada 2020. Sementara, mengutip dari gfmag.com, Indonesia menjadi negara paling miskin nomor 91 di dunia pada 2022.
Potret kehidupan negeri ini semakin memilukan, setelah Bank Dunia (World Bank) mengubah batas garis kemiskinan, mengakibatkan 13 juta warga Indonesia yang sebelumnya masuk golongan menengah bawah menjadi jatuh miskin.
Faktanya sungguh miris, di tengah banyaknya rakyat yang makin sempit hidupnya, belum lama ini segelintir orang membeli mobil mewah Range Rover. Mobil newah ini baru resmi meluncur di Indonesia. Kendaraan tersebut merupakan generasi kelima dan dibanderol harga mulai Rp5,9 miliar dengan status off the road dan hanya tersedia 50 unit di dalam negeri hingga akhir tahun. Meski mahal dan baru diluncurkan, namun stok yang tersedia di Tanah Air sudah nyaris habis.
Tak punya hati, pada saat mayoritas rakyat memikul beban ekonomi yang berat di tengah kemiskinan, mereka dengan enteng membelanjakan miliaran rupiah demi sebuah kendaraan. Padahal, di rumah mereka, bisa jadi mobilnya sudah berderet-deret.
Ketimpangan semakin nyata dengan maraknya perilaku unjuk kemewahan di tengah kemiskinan seolah menjadi gaya hidup. Marak YouTuber dengan konten pamer kekayaan dan kemewahan lainnya. Mereka tidak peduli banyaknya orang yang tidak bisa makan. Naluri kemanusiaan mereka seolah sudah mati, sehingga tidak memiliki rasa empati terhadap orang miskin.
Orang-orang super kaya itu bisa demikian kaya bukan karena mereka kaya dari lahir, tetapi bisnis perusahaan mereka menguasai kekayaan alam yang sejatinya milik umum seluruh rakyat. Mereka menguasai hutan, tambang emas, migas, tembaga, nikel, batu bara, dan sebagainya.
Selain itu, bisnis mereka juga menguasai sektor yang dibutuhkan publik, seperti rumah sakit, obat, alat kesehatan, jalan tol, dan sebagainya. Termasuk bahan pokok yang dibutuhkan publik, seperti beras, gula, terigu, minyak, dan sebagainya.
Dengan semua bisnis tersebut, kekayaan mereka jumlahnya sangat fantastis. Namun sayang, mereka tidak peduli apabila akibat bisnisnya, rakyat menjadi sulit memenuhi kebutuhan pokok, alam menjadi rusak, dan rakyat terkena bencana alam.
Semua praktik bisnis yang merusak tersebut bukan semata disebabkan keserakahan individunya, tetapi juga karena sistem kapitalisme demokrasi yang diterapkan negeri ini memang melegalkan bisnis mereka. Bahkan negara siap mengerahkan aparat sebagai jaminan keamanan investasi mereka.
Sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan merupakan pangkal persoalan munculnya individu tidak berperasaan yang menari di atas penderitaan orang lain. Kapitalisme telah membuat materi menguasai hati mereka sehingga mematikan naluri kemanusiaannya. Begitu juga dengan aturan agama yang dipisahkan dari kehidupan (Sekularisme) telah mengikis akidah mereka, sehingga tidak takut terhadap murka Allah Swt. ketika mereka berlaku zalim.
Oleh karena itu, untuk menghilangkan fenomena orang-orang kaya yang minus empati ini, tidak bisa hanya dengan dakwah yang fokus pada perbaikan individu, akan tetapi termasuk dakwah pemikiran dan politik untuk mengubah sistem kapitalisme sekuler dan menggantinya dengan sistem Islam.
Sistem Islam akan mengembalikan kepemilikan umum pada rakyat. Negara juga akan menyediakan layanan kesehatan dan pendidikan secara gratis, melarang adanya kapitalisasi dan monopoli pasar.
Dengan begitu, di dalam sistem Islam tidak akan ada orang yang semakin kaya dan bisa menguasai sarana dan prasarana umum. Bahkan tidak akan ada jumlah kemiskinan yang terus meningkat dalam sebuah negara.
Sistem Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap zuhud sehingga tidak memuja kemewahan. Mereka juga gemar bersedekah dan peduli pada nasib orang miskin. Kekayaan merupakan amanat yang hanya ditujukan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt., bukan untuk dipamerkan. Itulah sebabnya, orang kaya dalam Islam akan gemar sedekah, infak, Sabilillah, dan berwakaf.
Wallahu'alam bishshawaab.
Penulis: Desi (Ibu Rumah Tangga).
Editor :Esti Maulenni