Kekayaan Fantastis Ditengah Kemiskinan uang Realistis

Gambar ilustrasi.
Fira_Praktisi Pendidikan
Jumlah rakyat miskin di negeri ini masih cukup tinggi. Tak sedikit rakyat hidup dalam kesengsaraan. Jangankan untuk berpikir hidup mewah, untuk sekadar memenuhi kebutuhan perut saja, masih ada yang harus ikhtiar dengan cara mengais-ngais sampah.
Sungguh ironi realita ini. Ditambah dengan banyaknya tuntutan hajat hidup lainnya yang semakin meroket tanpa ampun. Tak peduli rakyat mati dengan berbagai kesulitan hidup. Seharusnya penguasa bertanggung jawab atas hal tersebut.
Baru-baru ini Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan temuan adanya penyetoran uang senilai Rp560 miliar dari Lukas Enembe untuk kasino. Jumlah itu menjadikannya gubernur terkaya ke-6 se-Indonesia. Di samping itu dia juga memiliki tambang emas (Tribunnews, 25/9/2022).
Kekayaan yang seharusnya dinikmati oleh banyak orang (rakyat), tetapi dalam sistem kapitalisme menjadi halal dinikmati cukup dengan satu atau segelintir orang saja. Jika harta kekayaan gubernur tersebut dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat, tentu tak akan ada lagi rakyat miskin di negeri ini. Bahkan mungkin jika seluruh harta para pejabat yang terindikasi hasil dari gratifikasi dan korupsi, akan mampu untuk melunasi utang piutang negeri ini.
Namun sayang, itu hanyalah akan menjadi angan-angan rakyat di negeri ini. Sebab, negeri ini masih terjerat dengan sistem kapitalisme dan turunannya, sehingga harta haram pun menjadi halal dan sah-sah saja untuk digunakan.
Ada beberapa hal yang harus kita pahami tugas seorang pemimpin dalam Islam, yaitu:
1.Pemimpin adalah pelayan rakyatnya
Jika kita menilik hadis rasulullah Saw. yang artinya: "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka." (HR. Ibnu Asakir, Abu Nu'aim)
Seorang pemimpin seharusnya malu jika ia belum mampu melayani rakyatnya, bukan malah justru seenaknya menguasai (harta milik rakyatnya) dengan cara korupsi.
2. Pemimpin bertanggung jawab atas urusan rakyatnya
Seorang pemimpin yang beriman dan mempunyai rasa takut kepada Allah Swt., tentu akan mengamalkan sebagaimana yang Rasulullah Saw. sampaikan dalam hadisnya: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."
Pemimpin yang bisa bertanggung jawab atas amanahnya tidak akan mungkin lahir dari sistem rusak demokrasi kapitalis. Pemimpin yang tahu akan peran dan fungsinya yang sangat berat itu hanya akan lahir dari sistem benar yang diturunkan dari Sang Pencipta langsung, yakni sistem Islam.
Pemimpin serakah, tamak, dan egois hanya ada dalam sistem rusak. Pemimpin yang tak tahu malu dan tak tahu caranya menggunakan harta, memang hanya akan ada dalam sistem busuk kapitalisme. Di dalam sistem ini para penguasanya miskin empati yang ada dalam pikirannya adalah materi.
Kita tak akan menemukan pemimpin amoral itu dalam sistem Islam. Sistem yang mampu melahirkan para pemimpin adil, bertanggung jawab, amanah, dan mampu mengemban tugas kepemimpinannya.
Pemimpin yang mampu mengelola sumber daya Alam (SDA) dengan baik, sehingga tak akan ada cerita dikuasai oleh individu ataupun swasta. Kekayaan negeri dikelola dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab, sehingga proses distribusi bisa berjalan dengan baik dan hasilnya pun bisa dinikmati oleh seluruh rakyatnya (tanpa terkecuali).
Pemimpin dalam sistem Islam, semata-mata melakukan itu semua karena dorongan keimanan. Sehingga ia tahu betul bagaimana setiap tingkahnya diawasi langsung oleh Allah Swt. sebagai Sang Pencipta.
Wallahualam bissawab.
Editor :Esti Maulenni