Serapan Anggaran Negara, Tepatkah Untuk Kepentingan Rakyat?

SIGAPNEWS.CO.ID - Setiap negara memiliki anggaran pendapatan dan belanja atau yang disebut dengan APBN. Setiap kementerian memiliki anggaran untuk diserap demi kepentingan rakyat. Namun, Menteri Keuangan melihat bahwa anggaran masih rendah penyerapannya sehingga dana sisa harus dihabiskan di tahun ini.
Dikutip dari CNN Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta kementerian/lembaga untuk menghabiskan sisa anggaran belanja APBN yang jumlahnya masih sekitar Rp1.200 triliun sampai akhir tahun ini. Tercatat, hingga akhir September 2022 belanja negara sudah terealisasi Rp1.913,9 triliun atau baru terserap 61,6 persen dari target Rp3.106,4 triliun. Artinya, masih ada sisa belanja Rp1.000 triliun lebih yang harus dihabiskan dari Oktober-Desember 2022.(CNN.Ibissawab, 28/10/2022)
Jika dikaji ulang, dana anggaran yang sudah dianggarkan, sudahkan untuk kepentingan rakyat? Ternyata pada faktanya kepentingan rakyat masih jauh dari harapan. Pelayanan publik masih jauh dari rasa aman dan nyaman, banyak sekolah dan jalan rusak, masih banyak yang belum memiliki jembatan layak untuk bisa mengakses kedua desa atau pulau. Banjir dan longsor yang kerap terjadi, pasti meninggalkan jejak kerusakan fasilitas umum, yang tentunya ini perlunya ada perbaikan.
Jadi, anggaran yang ada belum bisa mengakomodir kepentingan rakyat secara keseluruhan. Banyak fakta yang bisa diindra, banyaknya fasilitas umum jauh dari kata layak. Ini yang harusnya jadi perhatian pemerintah, pelayanan terbaik terus dijadikan moto dalam pelayanan. Sayangnya, kasus korupsi pun kian menjadi deret panjang masalah kejahatan di negeri ini.
Anggaran negara seharusnya diperuntukan hanya untuk kepentingan rakyat, bukan sekadar kertas laporan, bahwa dana tersebut sudah terserap. Hal yang dibutuhkan adalah realisasi dari jajaran pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang aman, nyaman, dan terbaik. Realitas berkata lain ketika masih berbasis pada sistem perekonomian kapitalisme, pelayan yang terbaik hanya bisa didapatkan ketika bisa membayar dengan biaya tertentu.
Jika tidak bisa membayar, maka akan mendapatkan fasilitas ala kadarnya atau sama sekali tidak mendapatkannya. Jadi dalam sistem ini, tidak ada pelayanan gratis, semua harus diakses dengan materi, yang kaya akan bisa menikmati fasilitas, sedangkan yang miskin tidak sama sekali menikmati fasilitas terbaik.
Read more info "Serapan Anggaran Negara, Tepatkah Untuk Kepentingan Rakyat?" on the next page :
Editor :Esti Maulenni