Diabetes Anak Semakin Marak, Nasib Generasi Semakin Terinjak

foto ilustrasi. net
Tingginya kasus diabetes pada anak yang meningkat baru-baru ini, perlu menjadi perhatian bagi para orang tua untuk lebih mengawasi asupan makanan si kecil. Mindset masyarakat tentang anak sehat berbadan gemuk ternyata harus diubah, sebab tidak dapat menjadi acuan serta menjamin bahwa anak sehat. Justru sebaliknya, berat badan over weight rentan terhadap penyakit berbahaya seperti asma, diabetes dan imunitas tubuh yang lemah.
Diabetes atau disebut juga sebagai diabetes mellitus adalah sebuah kondisi medis, di mana kadar gula darah dalam tubuh menjadi terlalu tinggi. Hal ini terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin yaitu hormon yang diproduksi oleh pankreas dan berfungsi untuk membantu mengatur kadar gula darah dalam tubuh.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dirilis pada tanggal 1 Februari 2023, disampaikan bahwa kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat per Januari 2023, dibandingkan tahun 2010. Pasien diabetes anak tersebut tersebar di 13 kota-kota besar di Indonesia seperti kota Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Solo, Malang, Denpasar, Makasar, dan Manado. (Kompasiana, 11/2/2023)
Lalu bagaimana anak bisa terkena diabetes? Ada dua tipe penyakit tersebut yaitu tipe pertama, biasa terjadi pada kalangan anak-anak dan remaja. Namun terkadang bisa menyerang bayi, balita dan dewasa. Diabetes tipe ini hanya menghasilkan hormon insulin, akibatnya kadar gula darah meningkat sehingga lama kelamaan bisa merusak organ tubuh. Penyebabnya antara lain, kelainan autoimun, faktor genetik keturunan, riwayat infeksi virus, dan juga pola makan kurang sehat.
Tipe yang ke-dua biasa terjadi pada anak berusia 10 tahun atau remaja. Diabetes tipe ini terjadi ketika tubuh anak kesulitan menggunakan insulin untuk memanfaatkan gula darah sebagai energi. Karena terjadinya gangguan tersebut, gula darah semakin meningkat hingga memicu kerusakan organ vital. Penyebabnya adalah faktor genetik keturunan, kegemukan (obesitas), kurang aktif bergerak dan berolahraga, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan gula.
Mengingat bahayanya penyakit diabetes ini, maka perlu kiranya para orang tua melakukan pencegahan guna menghindari resiko terkena penyakit tersebut. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan:
1. Hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.
2. Kontrol asupan gula yang masuk ke dalam tubuh dengan mengurangi asupan minuman manis, terutama minuman dengan kadar gula tinggi yang banyak beredar di pasaran.
3. Hindari mengkonsumsi pemanis buatan yang banyak terdapat pada minuman kemasan.
4. Lakukan olah raga secara rutin dan biasakan anak banyak bergerak aktif untuk mengurangi resiko obesitas.
5. Lakukan istirahat yang cukup dengan pola hidup sehat.
Fakta tersebut di atas adalah sebagian fenomena yang jelas membuat retorika keamanan pangan di negeri ini amat terpukul. Hal ini merupakan metode/disiplin ilmiah berkaitan dengan penanganan, penyiapan, dan penyimpanan makanan untuk mencegah penyakit diabetes itu sendiri. Adakah solusi tepat dan tuntas yang dapat dilakukan pemerintah dalam menangani kasus ini?
Sudah semestinya pemerintah lebih proaktif untuk terjun ke masyarakat, melakukan pelayanan demi tercapainya standar keamanan pangan. Serta terus melakukan edukasi perihal konsep dan tata kelola keamanan pangan kepada rakyat, khususnya kepada produsen pangan, pedagang makanan, dan konsumen produk pangan. Sehingga dalam hal ini negara tidak menunggu ada laporan kejadian, bahkan sampai ada korban, baru ada tindakan penanggulangan.
Selama ini, kreativitas masyarakat perihal produk makanan lebih banyak diberi perhatian dari aspek pemasarannya, tetapi abai dari aspek keamanan pangan. Terkait dengan ini, para pengusaha kecil dan menengah banyak memperoleh ganjalan birokrasi dalam hal perizinan, pengawasan hingga pelatihan. Sedangkan untuk korporasi produsen pangan, tidak jarang pemerintah kalah argumentasi disebabkan para korporat yang sejatinya bagian dari jejaring oligarki. Akibatnya, negara justru tersandera berbagai kepentingan ekonomi.
Dalam permasalahan ini, tentu Islam mempunyai panduan mutlak bagi konsumsi bahan pangan untuk seluruh manusia. Islam memiliki aturan sempurna yang datangnya dari Sang Maha pencipta, yaitu Allah SWT. Berhubungan dengan perintah memakan makanan yang halal dan toyib, serta kepengurusan tata kelola negara yang sistematis, guna menjaga kualitas generasi sehat juga kuat.
Allah SWT berfirman: "Hai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik (toyib) dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2:168)
Akan tetapi bagaimana anak-anak tidak terkena diabetes dini, jika aturan yang diterapkan penguasa justru mendukung impor gula dan cukai minuman manis, bahkan menjadikan pos strategis bagi APBN. Padahal sudah diketahui bahwa mayoritas anak-anak menyukai makanan atau minuman manis.
Pemerintah seharusnya memberi pengawasan yang serius, terhadap produk pangan yang beredar di pasaran, mulai dari keamanan bahan-bahan yang digunakan proses pengolahan, hingga dalam hal pemasaran. Semua harus dipastikan keamanannya, serta kehalalannya agar tidak terjadi kerugian bagi konsumen.
Lagi-lagi kapitalisme menuai bumerang dan tak seharusnya dibela, alih-alih dipertahankan dan diperjuangkan. Di mana segala aturannya yang menyengsarakan rakyat, kian terang benderang. Tidak hanya racun pemikiran, akan tetapi menghasilkan racun pada makanan yang dikonsumsi manusia sampai berwujud penyakit degeneratif. Terlebih jika dikonsumsi oleh anak-anak, sudah jelas ini merupakan penghancuran generasi sejak dini yang tidak dapat dibiarkan. Hanya dengan menerapkan sistem Islam ditengah-tengah kehidupan, yang mampu menuntaskan segala urusan kehidupan manusia dengan pasti bukan janji.
Wallahu a'lam bishawab
Editor :Esti Maulenni