Impor Gula Kembali Terjadi, Apa Kabar Ketahanan Pangan Negeri?

SIGAPNEWS.CO.ID - Tak terasa, setengah perjalanan telah kita lewati bersama. Ramadan kini menuju pada sepuluh hari terakhirnya. Artinya, semua bersiap untuk memuat kuker alias kue kering yang akan disajikan pada hari spesial nanti. Tentunya salah satu bahan yang tak dapat ketinggalan adalah si manis yang berasal dari perasaan tanaman tebu. Ya, gula pasir menjadi primadona sekarang. Karena keberadaannya sungguh penting dan sebenarnya menjadi salah satu komoditas pokok di negeri ini.
Dikutip dari katadata.com (25/03/2023) Kepala Badan Pangan Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa ada lonjakan permintaan gula ketika hari raya. Sedangkan musim giling tebu mulai sekitar Mei. Beliau menambahkan bahwa gula konsumsi menjadi salah satu komoditas pangan primadona dan strategis. Apalagi menjelang hari raya Idul Fitri. Sehingga stoknya harus diperhatikan dan ditunjang. Perihal dalam negeri belum mampu memenuhi ketersediannya, maka harus ditopang oleh pasokan dari luar negeri. Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional Januari-Desember 2023, diperkirakan stok gula yang diproduksi dalam negeri sekitar 2,6 juta ton, sedangkan kebutuhan gula nasional 2023 sekitar 3,4 juta ton.
Lagi-lagi, negeri ini belum mampu untuk mencukupi salah satu kebutuhan pokok. Hal ini memberikan informasi kepada kita semua bahwa pemerintah telah gagal untuk memanajemen terkait dengan kebutuhan pokok masyarakat. Sehingga diksi yang selalu diambil adalah bagaimana caranya agar kebutuhan tersebut terpenuhi? Apakah harus menggiatkan para petani atau bagaimana? Yang pasti, pilihan pemerintah adalah menambah pasokan komoditas tersebut dengan cara impor dari negara lain. Padahal negeri ini dikenal dengan sebutan negara subur makmur, tongkat kayu saja bisa tumbuh menjadi tanaman.
Namun, sayang beribu sayang. Yang terjadi sekarang adalah negara tampak sibuk dengan urusannya sendiri tanpa mau memikirkan bagaimana rakyat yang ada di bawahnya. Negara tampak berlepas tangan dalam hal periayah terhadap rakyat. Artinya, bahwa saat ini sistem yang ada telah gagal total untuk menjamin ketersediaan kebutuhan pokok rakyatnya. Negara bak pedagang yang akan selalu menjajakan dagangannya kepada seluruh rakyat. Sehingga wajar saja jika ketahanan pangan tak pernah tercapai. Termasuk pula pada asas yang ada hanya berkutat pada sisi manfaat dan materi yang selalu dicari. Semua itu disebabkan karena sistem yang diterapkan saat ini adalah kapitalis sekuler. Menihilkan peran yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah, justru swasta yang menjalankannya. Tentu akan berbeda rasa jika negara tidak turun tangan untuk menangani persoalan ini.
Berbeda ketika Islam diterapkan dalam kehidupan ini. Islam tak hanya berisi tata cara beribadah saja, namun mencakup seluruh hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Karena Islam sebenarnya memiliki aturan yang super lengkap. Artinya, seluruh lini kehidupan manusia ada aturannya di dalam Islam. Termasuk dalam hal pertanian dan berkaitan dengan pangan. Ada usaha yang harus dilakukan ketika menginginkan berjalan dengan sempurna.
Read more info "Impor Gula Kembali Terjadi, Apa Kabar Ketahanan Pangan Negeri?" on the next page :
Editor :Esti Maulenni