Perbaiki Alam Semesta Secara Global Dengan Syariah Islam yang Universal
Faktanya, sekitar 983.741 dari 3,3 juta hektare hutan lindung Aceh sudah hancur karena dirambah, illegal logging, dan alih fungsi. Jumlah itu meningkat setiap tahun. Tentu saja ini adalah titik start dimulainya bencana ekologi di tanoh endatu ini: banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kepunahan flora dan fauna (Serambi, 17/11/2014). Melihat kerusakan hutan Aceh yang sudah dapat disebut sebagai “darurat hutan”. ditambah lagi kerusakan di daerah lainnya di Indonesia saja, belum di dunia.
Fikih tidak memuat masalah ini dalam bab khusus, padahal pelestarian hutan adalah berarti pelestarian semua makhluk hidup, termasuk manusia. Para ulama klasik tidak dapat disalahkan karena memang mereka mengkonstruksi fikih dalam ranah geografis Semenanjung Arabia abad ke-7-8 Masehi. Hutan lebat tropis seperti di Indonesia memang tidak terdapat di sana. Karena itu, wajar kalau tidak ada fikih klasik yang menyatakan hukumnya. Namun demikian, tidak berarti bahwa masalah hutan/lingkungan alam sama sekali tidak tersentuh oleh fikih. Banyak ayat dan hadis yang secara umum berbicara tentang pentingnya memelihara alam dan bahaya atau ancaman yang akan dihadapi manusia sekiranya hal itu diabaikan.
Menurut Alquran, tujuan penciptaan manusia di bumi ini adalah untuk menjadi pengelola alam (QS. al-Baqarah: 30) karena Allah menjadikan langit dan bumi beserta isinya adalah untuk manusia (QS. al-Baqarah: 29). Begitu juga di antara tujuan pengutusan Nabi Muhammad ke dunia adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta (QS. al-Anbiya: 107). Bukan hanya untuk membawa rahmat bagi manusia, tetapi juga untuk hewan, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara, dan semua hal yang dicakup alam semesta. Secara umum, tugas manusia dalam mengelola alam adalah menjaga keseimbangannya (mizan atau ekuilibirium) (QS. ar-Rahman: 7-9).
Menjaga Keseimbangan
Banyak ayat Alquran dan hadis Nabi yang mengharuskan manusia agar menjaga keserasian, keseimbangan, dan kelestarian lingkungan hidup.
Ayat-ayat ini didukung oleh banyak ayat dan hadis lain yang menganjurkan keseimbangan dalam banyak hal, misalnya keseimbangan antara mencari dunia dan akhirat, ekonomi, hukum dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa keseimbangan (ekuilibirium) adalah satu semangat universal ajaran Alquran dan hadis Nabi. Perintah menjaga keseimbangan alam adalah derivasi konkret dari semangat universal ini. Selain perintah agar keseimbangan alam itu dijaga, dalam banyak ayat Alquran Allah menitahkan agar manusia tidak berbuat kerusakan di muka bumi (QS. al-Qashash: 77).
Demikian pentingnya menjaga alam, di dalam Alquran setidaknya terdapat 50 tempat yang mengecam perbuatan merusak alam. Faktanya, Alquran merekam sejarah banyak manusia yang mengabaikan peringatan Allah ini. Manusia berbuat kerusakan di muka bumi; melanggar peringatan Allah dan tidak bersyukur atas karunia yang diberikan Allah Swt. Allah menyebut bahwa kerusakan alam, di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Akibat dari perusakan alam itu akan menimpa manusia itu sendiri (QS. ar-Rum: 41).
Menurut penelitian, di daerah Timur Tengah, beberapa puluh meter di bawah pasirnya, ditemukan bekas alur sungai dan potongan-potongan kayu yang diperkirakan berasal dari peradaban beberapa ratus ribu sampai jutaan tahun yang lalu. Artinya, jauh sebelumnya, daerah padang pasir itu pernah menjadi daerah yang subur, banyak sungai dan hutan seperti Indonesia, tetapi kemudian berubah menjadi padang pasir yang tandus karena ulah dan keserakahan manusia sendiri terhadap alam.
Kerusakan hutan akan mengancam semua makhluk bumi karena hutan adalah sumber utama air, oksigen (O2), dan penetral racun dalam udara. Hutan adalah paru-paru dunia. Tanpa hutan, kehidupan makhluk di planet bumi ini tidak akan lestari. Salah satu ancaman Allah akibat perusakan hutan ini adalah kekurangan air, disebut dalam QS. al-Mulk [67]:30: Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir.
Oleh karenanya kebijakan seorang pemimpin sangatlah berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan manusia termasuk keseimbangan alam semesta. Namun kebijakan seorang penimpin juga tergantung dengan sistem/ideologi yang diembannya. Hanya dengan ideologi islam, seorang pemimpin mampu melahirkan setiap kebijakan yang membawa kebaikan, keberkahan dan keredhoan Allah SWT.
Insyaallah, wallahualam bishawab.
Read more info "Perbaiki Alam Semesta Secara Global Dengan Syariah Islam yang Universal" on the next page :
Editor :Esti Maulenni