Sekularisme Melahirkan Rasialisme Dan Hipokrit HAM

SIGAPNEWS.CO.ID - Belum lama ini terjadi kerusuhan yang luar biasa di Perancis. Kerusuhan tersebut diakibatkan ulah salah satu polisi yang menembak Nahel (17). Korban adalah keturunan Aljazair dan Maroko. Polisi tersebut telah dijatuhi dakwaan awal pembunuhan tidak sengaja dan sudah melakukan permintaan maaf. Namun, tetap saja para demonstran turun ke jalan untuk mendapat keadilan. Keluarga Nahel yang didampingi pengacara tidak mengatakan penembakan yang terjadi berkaitan dengan ras. Mereka tak menyebutkan nama belakang serta informasi identitas korban, akan tetapi kejadian ini memicu kerusuhan di wilayah imigran dari negara bekas koloni Perancis.
Kejadian bermula ketika polisi berusaha menghentikan Nahel karena ia terlihat di bawah umur ketika mengendarai mobil mewah Mercedes AMG plat Polandia. Nahel berada di jalur bus dan menerobos lampu merah agar tidak dihentikan polisi. Aksi tersebut tidak berhasil karena saat itu lalu lintas macet. Kedua polisi yang menghentikan Nahel mengaku bahwa hanya menarik senjata untuk mencegahnya agar tidak melarikan diri. Polisi yang melepaskan tembakan mengaku bahwa melakukan itu agar rekannya atau orang lain tidak tertabrak mobil yang dikendarai Nahel. (kompas.id, 30/06/2023)
Lagi-lagi kejadian yang berbau ras kembali terjadi. Padahal HAM begitu kental disuarakan bahkan selalu digaungkan. Namun fakta berbicara lain, ternyata pengkotak-kotakan itu masih saja terjadi. Dan perbedaan perlakuan itu masih nyata adanya.
Sekularisme dan Ilusi HAM
Dengan adanya fakta di atas, memberi gambaran jelas kepada kita bahwa HAM yang selalu disuarakan nyaris tak berdaya. Nyatanya tak mampu memberikan keadilan dan perlindungan secara nyata. Apalagi bagi si kulit hitam dan muslim.
Jika kita lihat, konsep manis yang ditawarkan HAM dalam sistem ini begitu menggoda seluruh manusia. Seolah sebagai solusi tuntas dan harga mati untuk melindungi manusia untuk mewujudkan perdamaian dunia. Namun nyatanya semua itu hanya sekadar teori belaka. Praktiknya di lapangan sungguh sangat berbeda. Karena sejatinya HAM ini lahir dari sebuah sistem yang meniadakan agama dalam pengaturan. Sekularisme menjadi fondasi pijakan mereka untuk berbuat dan memutuskan sesuatu. Termasuk ketika mencetuskan ide HAM tadi. Akal manusia yang mereka jadikan untuk memikirkan serta memutuskan sesuatu. Karena dalam kehidupan manusia, agama tidak boleh ikut campur di dalamnya.
Dari sinilah kemudian muncul rasisme. Mereka mempunyai pandangan bahwa ras mereka lebih baik ketimbang yang lainnya. Dan akhirnya memunculkan rasa ingin menguasai lainnya karena adanya ikatan emosional. Ikatan ini muncul pada masyarakat primitif dengan taraf berpikir yang masih rendah. Mereka merasa menjadi sebuah keluarga karena tinggal bersama serta memiliki kesamaan yang lainnya, seperti warna kulit.
Perasaan ini makin terpupuk dan tumbuh subur pada sistem kapitalis sekuler saat ini. Di sistem tersebut manusia yang berhak menentukan dan membuat peraturan kehidupannya. Tentunya aturan yang dihasilkan begitu kental dengan nuansa kepentingan dan pesanan. Maka amat wajar jika di lapangan terjadi pertikaian yang selalu ada, muncul-tenggelam. Begitupun dengan rasisme pasti akan terus ada dan bergejolak.
Read more info "Sekularisme Melahirkan Rasialisme Dan Hipokrit HAM" on the next page :
Editor :Esti Maulenni