Ironis, Kelaparan di Papua Di Tengah SDA yang Berlimpah

Foto: ilustrasi.net
Sebanyak enam orang warga di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah dilaporkan meninggal dunia karena kelaparan. Kelaparan itu disebut terjadi akibat musim kemarau panjang yang terjadi di daerah tersebut sejak bulan Juni 2023 lalu.
Musim kemarau yang menyebabkan kekeringan itu juga membuat ribuan warga di dua Distrik ini terancam kelaparan karena hasil kebunnya gagal panen. Bupati Puncak, Willem Wandik menyebutkan, dari enam warga yang meninggal dunia itu, lima orang di antaranya adalah orang dewasa dan satu orang lainnya merupakan bayi berusia 6 bulan.
Para korban meninggal dunia karena tidak ada makanan dampak dari musim kemarau. Bahan makanan tidak bisa didistribusikan lantaran maskapai penerbangan tak ada yang mau terbang ke daerah itu karena gangguan keamanan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB),” jelas Willem dalam keterangan persnya kepada wartawan, dikutip Minggu, 30 Juli 2023.
Papua merana, seolah tidak berhenti dari berita. Sebagai salah satu pulau terkaya akan kandungan SDA di Indonesia, Papua meringis bahkan menangis karena kekayaan alam itu tampaknya tidak memberikan hasil positif bagi kehidupan warga di sana
bahkan sering kali dilanda berbagai krisis, baik politik, sosial, maupun ekonomi.
Problematik lain di Papua yang tidak kalah mengiris hati adalah kemiskinan. Memang benar, secara nasional, angka kemiskinan di Indonesia tercatat meningkat per Januari 2023 lalu. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, persentase penduduk miskin pada September 2022 sebesar 9,57%, naik dibandingkan Maret 2022 (9,54%).
Secara tahunan, persentase penduduk miskin September 2022 lebih rendah jika dibandingkan September 2021 (9,71%). Namun jika dibandingkan masa sebelum pandemi Covid-19 (September 2019), persentase tingkat kemiskinan September 2022 masih lebih tinggi, yang saat itu (September 2019) besarnya 9,22%.
Berdasarkan data tersebut, Provinsi Papua memimpin provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi pada September 2022, yakni sebesar 26,80% meningkat 0,24% poin terhadap Maret 2022. Ini sungguh ironis karena mereka miskin di atas tanah yang kaya SDA, tetapi SDA tersebut tidak berdampak apa pun bagi mereka.
Kondisi ini terjadi karena penerapan sistem kapitalisme yang meniscayakan penguasaan segelintir individu terhadap SDA atas nama liberalisasi. Secara kasat mata, kita bisa melihat ketertinggalan Papua dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia.
Jika orang mendengar Papua, yang tebersit dalam pikiran mereka adalah tambang emas, kelaparan, kemiskinan, gizi buruk, keterbatasan sarana dan prasarana publik, rawan konflik, dan sebagainya. Sungguh ironis, wilayah dengan keberlimpahan kekayaan alam kerap disebut sebagai daerah 3T (tertinggal, terdepan, terjauh) yang masih bergulat dengan kemiskinan
Sejahtera dalam Islam
Sejatinya, yang dibutuhkan Papua adalah kepemimpinan berbasis ideologi yang kuat, yaitu kepemimpinan dan ideologi Islam. Kepemimpinan ini tegak di atas akidah Islam.
Dengan akidah inilah para penguasa akan menempatkan diri di posisi dan tempat yang benar, yaitu sebagai pengurus rakyatnya. Dengan kepemimpinan ini pula, penguasa tidak akan berkompromi dengan kapitalis, menjadi antek asing, dan menggadaikan kekayaan alam demi kepentingan diri dan golongannya.
Dalam dekapan syariat Islam, Papua akan mendapat keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan yang tidak hanya untuk kaum muslim, tetapi juga nonmuslim. Dengan sistem dan kepemimpinan Islam, kebutuhan dasar rakyat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan akan terpenuhi.
Kesejahteraan di Papua akan terwujud jika pengaturan urusan rakyat dikembalikan pada Islam. Dengan kebijakan politik ekonomi Islam, kekayaan alam yang dimiliki Papua diposisikan sebagai harta milik umum.
Dalam Islam, pengelolaan harta milik umum harus dikelola oleh negara agar rakyat dapat memanfaatkan hasilnya. Tidak boleh ada swastanisasi dan kapitalisasi dalam harta milik umum.
Dengan segenap kekayaan tersebut, bukan hanya Papua yang sejahtera, bahkan bisa berguna untuk menghidupi rakyat seluruh Indonesia.
Ini baru SDA di Papua, belum wilayah lainnya. Papua dan penduduk Indonesia bisa sejahtera asalkan pengaturan sistem dan kepemimpinan saat ini berganti menjadi sistem Islam kafah dengan kepemimpinan yang amanah.
Terlalu ironis melihat Papua menangis akibat krisis berlapis. Papua hanya secuil gambaran betapa hancurnya suatu negeri tanpa aturan Ilahi. Sejatinya, Papua layak disebut “surga kecil yang jatuh ke bumi”
Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :
“Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.”
Editor :Esti Maulenni