Kasus Judi dan Narkoba Tak Kunjung Diberangus, Haruskah Menunggu Generasi Hangus?

SIGAPNEWS.CO.ID - Bukan seperti nasi yang telah menjadi bubur, yang mungkin bubur masih bisa dibumbui dengan racikan tertentu, hingga menjadi hidangan istimewa seperti bubur ayam. Sedangkan jika sebuah hidangan yang telanjur hangus, tidak dapat diracik ulang menjadi hidangan yang layak santap. 

Begitu pun dengan kasus  judi online dan narkoba yang kini mencuat di berita, yang melibatkan aparat penegak hukum, bagaikan hidangan busuk atau hangus yang tidak dapat diperbaiki lagi, karena aparat yang seharusnya berdiri di garda terdepan untuk memberantas kasus narkoba dan judi online, justru menjadi garda terdepan dalam melakukan penyakit masyarakat tersebut.

Seperti nasib sial seorang aparat yang pada awalnya tengah diusulkan menjadi Kapolda Jawa Timur, setelah sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Sematra Barat yaitu Irjen Pol Teddy Minahasa justru telah terciduk sebagai pemasok barang terlarang sabu-sabu seberat 5 kg.

Padahal belum lama ini Irjen Pol Teddy Minahasa memberikan pidato berapi-api kepada jajaran anggotanya di Kepolisian Sumatra Barat perihal seorang polisi tidak boleh menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri, bahkan Teddy memerintahkan dalam pidatonya untuk jangan jadi backing dari pihak pelaku kejahatan demi gaya hidup pribadinya.  

Rekaman videonya kembali viral di tanggal 16 Oktober lalu sebab isi pidato tersebut paradoks dengan perbuatannya. Semua isi pidato yang dia larang untuk dilakukan, justru dia lakukan sendiri. Teddy bahkan menggunakan kekuasaannya untuk meminta barang bukti sitaan berupa sabu-sabu seberat 10 kg kepada Kapolres Bukittinggi  yang hendak melenyapkan sabu-sabu dari hasil penggerebekan kasus narkoba yang ditemukannya seberat 41.4 kg. Kemudian Teddy menukar 10 kg sabu-sabu dengan tawas dan menggunakan sabu-sabu tersebut dan sebagiannya dijual.

Sabu-sabu seberat 5 kg  tersebut dijual kepada Mami Linda seharga Rp300 Juta. Mami Linda tertangkap dan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata Mami Linda mendapatkan barang itu dari Teddy sehingga Teddy pun diciduk dan diperiksa sebagai tersangka penjual narkoba. (Liputan6.com, 16 Oktober 2022)

Akibat perbuatan Teddy yang nekat menggunakan sabu-sabu dan menjual sisa sabu-sabu dari barang sitaan itu Teddy ditangkap sebagai pelaku pengedar narkoba yang terancam hukuman mati atau kurungan minimal selama 20 tahun sesuai dengan Undang-Undang tentang narkotika Pasal 114 Ayat 3 sub Pasal 112 Ayat 2 Jo Pasal 132 Ayat 1  dan Pasal 55 UU Nomor 35 Tahun 2009. Namun, untuk sementara Teddy hanya akan ditahan  selama 30 hari untuk menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya. (tvonenews.com, 14 Oktober 2022).

Penangkapan Teddy ini sangat bertolak belakang dengan yang diucapkan Presiden Joko Widodo saat memberi arahan kepada para petinggi POLRI dan Kapolres seluruh Indonesia di Istana negara pada 14 Oktober lalu.

Presiden menyampaikan tujuh arahan penting yang menekankan agar kepolisian harus menjaga citra di tengah krisis kepercayaan masyarakat yang melanda POLRI. Selain menekankan gaya hidup dan kesewenang-wenangan kepolisian dalam memangku jabatannya bisa mencoreng nama kepolisian.

Presiden juga menekankan agar kepolisian lebih serius menangani kasus narkoba dan judi online agar kedua kasus tersebut bisa diberantas hingga ke akarnya. Seperti belum kering ludah dari Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan tersebut, justru lembaga kepolisian kembali ternoda dengan penangkapan petinggi  POLRI, bahkan dalam kasus yang presiden minta untuk diberantas,  tetapi justru oknum kepolisian menjadi pelakunya. (cnnindonesia.co, 16 Oktober 2022)

Narkoba dan judi merajalela di tengah masyarakat, sudah memberikan dampak buruk kepada masyarakat termasuk generasi. Banyak kasus generasi muda yang kehilangan masa depan karena telanjur menjadi pecandu dan buruknya dua jenis kejahatan ini memicu seseorang melakukan tindak kejahatan lain.

Ada  seorang pemuda yang nekat menjual motor pinjaman dari temannya untuk dapat mengikuti judi online. Pada kasus lain, banyak anak muda nekat membantah orang tua dan mencuri untuk membeli barang haram narkoba.

Selain merusak perilaku sehat generasi muda, narkoba secara nyata merusak fungsi akal manusia, selain dapat berdampak mematikan juga merusak kesadaran dan kecerdasan.

Apakah pemerintah baru dapat benar-benar serius memberangus kasus narkoba dan judi online jika generasi muda yang digadang-gadang akan menjadi generasi emas penerus bangsa justru hangus menjadi abu? Terlebih sistem hukum di Tanah Air yang bisa diperjualbelikan  membuat penegakan hukum dalam kasus judi online dan narkoba seperti  macan bergigi ompong alias tidak bernyali. 

Dampaknya tidak ada rasa jera dari pelaku pengedar dan pemakai narkoba, begitu pun judi online yang merebak di tengah masyarakat dan diduga bandarnya sendiri memilliki dukungan dari aparat hukum.

Hal ini terjadi karena di sistem perekonomian kapitalisme sesuatu yang mendatangkan keuntungan dan memiliki permintaan dapat dikategorikan produk ekonomi yang bebas diperdagangkan, meskipun dampak buruknya dapat merusak bangsa sekalipun. Tidak heran hukum di negeri ini dapat dibeli, karena sistem yang diterapkan adalah kapitalisme-sekuler yang tidak menjadikan Islam sebagai standar kebenaran. 

Pilihannya hanya ada dua, menghanguskan kasus judi dan narkoba hingga menjadi abu atau menghanguskan generasi hingga tak bersisa? Tentu saja pilihan terbaik adalah memberangus kasus judi dan narkoba, serta menyelamatkan generasi dari berbagai pengaruh buruk zaman. Namun, pilihan ini hanya dapat terwujud dalam naungan penerapan hukum Allah yang terbingkai dalam sistem Islam. Sistem yang bertujuan menjaga jiwa dan akal manusia salah satunya.

Dalam Islam juga terdapat hukum sanksi yang tegas, hingga hukuman mati bagi  kasus seperti narkoba yang dapat mematikan masa depan generasi mendatang. Semoga penerapan Islam kafah dapat segera terwujud dengan perjuangan segenap umat Islam, sehingga dapat memupus berbagai virus buruk  akibat penerapan sistem kapitalisme-sekuler.
 
Wallahualam bissawab.