Cintai Surat Cinta-Nya

foto ilustrasi. net
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Q.S. Al- Anfaal[8]: 2)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang beriman adalah mereka yang ketika disebut nama Allah gemetarlah hatinya dan ketika dibacakan Al-Qur’an maka keimanannya bertambah. Al-Qur’an adalah risalah (surat) cinta dari Allah SWT yang dikirim melalui utusan-Nya (Rasul-Nya) yang juga kekasih-Nya. Betapa spesialnya surat itu, hingga tak ada yang sanggup menyaingi keindahan dan keagungan serta kebenaran isinya. Bahkan menjadi mukjizat dan membacanya bernilai pahala setiap hurufnya.
Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa sebagaimana Allah berfirman:
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 2).
Ibarat peta yang menunjukkan jalan ke suatu lokasi, maka selain dibaca, perlu difahami bacaannya serta diikuti petunjuk yang ada di dalamya agar sampai ke tempat yang dituju. Jadi, ketika Al-Qur’an dibacakan, hendaknya diperhatikan maknanya, karena akan mendatangkan rahmat dan menambah keimanan.
Allah berfirman:
“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 204).
Orang yang memahami bacaan Al-Qur’an akan bersedih ketika mendengarkan ayat-ayat tentang azab dan berlindung kepada Allah darinya. Sedangkan ketika mendengarkan ayat-ayat tentang reward dari Allah SWT yang luar biasa terutama untuk masa depan abadi, akan bersemangat meraihnya dan berdo’a dengan penuh harap kepada-Nya. Ketika ada ayat tentang perintah-perintah dan larangan-larangan, jadi teringatkan perintah mana yang belum tertunaikan, larangan mana yang belum ditinggalkan.
Janganlah mengabaikan al-Qur’an, karena itulah yang diadukan Rasulullah SAW kepada Allah SWT, sebagaimana ayat berikut:
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (Q.S. Al-Furqan [25]: 30).
Salah satu bentuk pengabaian Al-Qur’an adalah dengan membuat hiruk pikuk saat Al-Qur’an dibacakan, sehingga orang-orang tidak fokus untuk mendengarkan dan memahaminya.
Sebagaimana digambarkan dalam ayat berikut:
“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". (Q.S. Al-Furqan [25]: 30).
Bandingkan dengan pesan/surat yang diberikan oleh ‘orang tercinta’, pastilah akan sangat diperhatikan, dibaca berulang-ulang dan difahami betul-betul agar tidak salah menangkap pesan di dalamnya, padahal itu pesan manusia biasa (bukan Rasulullah).
Oleh karena itu pesan dari Allah tentu lebih berhak untuk kita agungkan, dibaca berulang dan difahami, karena Allah menurunkan Al-Qur’an agar hamba-Nya tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan dan senantiasa dalam naungan hidayat-Nya yang akan mempengaruhi kehidupannya kelak di akhirat yang kekal.
Al-Qur’an adalah bukti cinta dan sayangnya Allah kepada manusia. Allah Yang Maha A’lim memberitahukan hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang (akhirat), Allah sampaikan pelajaran dengan kisah orang-orang durhaka di masa lalu dan akibanya agar manusia tidak melakukan kesalahan yang sama. Allah ajarkan juga ilmu pengetahuan dan teknologi serta rambu-rambu dalam menjalani kehidupan dunia melalui surat cinta-Nya (Al-Qur’an) tersebut.
Merupakan bagian dari sikap mengabaikan Al-Qur’an adalah tidak mau melaksanakan pesan-pesan yang berupa perintah Allah dan tidak mau meninggalkan larangan-larangan yang tersurat maupun yang tersirat pada ayat-ayatnya. Pesan-pesan di dalam Al-Qur’an tidak semunya bisa dilaksanakan secara individu, ada pesan-pesan yang harus dilaksanakan oleh institusi negara, dan itu hukumnya fardhu kifayah (wajib), artinya jika tidak ada yang melaksanakan, maka berdosa semuanya.
Untuk itu penting sekali adanya institusi yang bisa menegakkan hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah, yaitu sistem pemerintahan Islam yang dicontohkn oleh Rasulullah SAW dan para Khulafau Ar-Rayidin. Wallahu A’lam.
Editor :Esti Maulenni