Kapitalisme Yang Mengkapitalisasi Potensi Pemuda dan Memonsterisasi Khilafah

SIGAPNEWS - Saya pernah mendengar kalimat “Jika tidak mau tunduk dengan Pancasila jangan pernah tinggal di Indonesia”. Narasi ini saya katakan mengandung kebencian kepada Islam dan pengembannya.
Pasalnya umat Islam di Indonesia yang ingin menjalankan ajarannya secara kaffah (menyeluruh) selalu dianggap menentang Pancasila. Misalnya saja, umat Islam yang ingin hidup di bawah naungan Khilafah Rasyidah berdasarkan manhaj kenabian dianggap menentang Pancasila. Bagaimana jika narasinya seperti ini, “Jika tidak mau tunduk dengan Allah jangan pernah tinggal di bumi Allah”.
Mungkin terkesan ekstrim akan tetapi narasi ini juga tidak salah karena Indonesia ini milik Allah bukan milik penguasa ataupun pengusaha (corporate).
Penguasa adalah pelaksana system yang diterapkan di suatu negeri. Jika Indonesia menerapkan sistem Kapitalisme, maka penguasanya sebagai pelaksana sistem Kapitalis. Maka tidaklah aneh jika penguasa dengan seperangkat sistemnya akan mengkriminalisasikan ulama dan memonsterisasikan ajaran Islam (Khilafah).
Namun di sisi lain membiarkan kampanye massif elgebete, liberalisme, dan lain-lain yang jelas – jelas merusak generasi muda saat ini.
Dengan kata lain, sekali dayuh dua tiga pulau terlampaui. Karena monsterisasi terhadap Khilafah dilakukan seiring penderasan arus kapitalisasi potensi pemuda, maka momentum ini dijadikan untuk menghalangi pemuda muslim mengenal utuh ajarannya sendiri.
Ajaran Islam yang bersifat komprehensif (menyeluruh) dan problem solving (pemecah masalah) ini sedang dikerdilkan oleh pengemban sistem Kapitalisme dan dibenturkan dengan Pancasila.
Padahal jumlah penduduk muslim di Indonesia ini mayoritas tapi mengapa hal ini bisa terjadi?. Begitu juga dengan potensi pemuda muslim saat ini sedang dibajak oleh Kapitalis. Hal ini tentu sangat disayangkan padahal tahun 2030 nanti Indonesia akan panen pemuda mencapai 70 % dari total penduduk Indonesia.
Read more info "Kapitalisme Yang Mengkapitalisasi Potensi Pemuda dan Memonsterisasi Khilafah" on the next page :
Editor :Esti Maulenni