Kapitalisme Yang Mengkapitalisasi Potensi Pemuda dan Memonsterisasi Khilafah

Jika masih diberikan umur yang panjang sampai 30 tahun yang akan datang, maka kita akan menyaksikan tanda-tanda kehancuran dunia dengan rusaknya profil pemuda karena sistem Kapitalisme yang meng-kapitalisasi potensi pemuda.
Maka sesungguhnya akar masalah ada pada sistem yang diterapkan oleh penguasanya. Meskipun berganti penguasa dengan wajah baru yang demokratis, jujur atau tampak Islami selama sistemnya tak diganti maka akan sama saja. Wajar kalau ada yang berucap “ meskipun malaikat kalau masuk sistem ini akan berubah menjadi iblis”.
Hal ini tentu berbeda jika sistem Islam yang ditegakkan. Karena salah satu pilar yang ditegakkan ketika Islam berkuasa adalah membentuk sosok individu yang bertaqwa. Individu yang bertakwa akan merasa malu jika melanggar hukum Allah dan takut jika menentang hukum Allah.
Tidak seperti saat ini sistem Kapitalis tidak membuat orang merasa malu ketika melanggar hukum , misal korupsi. Tidak merasa malu melakukan penyimpangan seksual padahal merupakan kriminalitas. Tidak takut mengkriminalkan Khilafah padahal Khilafah ajaran Islam.
Oleh karena itu perlu adanya penguatan aqidah umat. Memahami dirinya dari mana, untuk apa ia diciptakan dan akan kemana setelah kehidupan ini.
Jika ia menyadari bahwa dirinya berasal dari Allah dan Allah menciptakannya untuk tunduk dan patuh serta terikat dengan hukum-hukumnya, maka dia tidak akan berani menentang Allah dan berusaha seoptimal mungkin menerapkan hukum-hukum Allah secara totalitas di bawah naungan Khilafah Rasyidah ‘ala manhaj nubuwwah. Karena apapun yang dilakukan di dunia ini, mau beramal baik ataupun buruk semuanya pasti ada balasannya dari Allah.
Maka dari itu, semakin kuat aqidah seseorang maka akan semakin istiqomah untuk berpegang pada agama Allah dan memperjuangkannya hingga Allah menurunkan pertolongannya dengan tegaknya Khilafah Rasyidah ‘ala manhaj nubuwwah.
Wallahu’alam bisshowab
Read more info "Kapitalisme Yang Mengkapitalisasi Potensi Pemuda dan Memonsterisasi Khilafah" on the next page :
Editor :Esti Maulenni