Seonggok Eksistensi dan Jati Diri

Sistem sekulerisme juga membuat Kaum muda kini menjadi rentan, haus eksistensi dan terlena oleh materi yang bisa mereka dapat secara cepat tanpa memperhatikan lagi nilai-nilai kehidupan, apalagi nilai agama.
Fenomena Citayam menjadi salah satu bukti, Citayam dan sejenisnya tetiba menjadi ajang yang menawarkan berbagai keuntungan secara instan, cukup datang, melenggang di jalan, membuat konten hiburan, lalu viral untuk kemudian banyak tawaran yang datang. Banyak yang senang, tapi tanpa sadar mereka telah mengundang kehancuran.
Bayangkan jika mereka mempunyai pikiran untuk apa lama lama bersekolah jika uang bisa didapatkan dengan mudah. Tentu saja pendidikan mereka akan berantakan. Belum lagi ajang ini berpeluang menjadi tempat munculnya bibit LGBT yang sangat diharamkan agama.
Generasi muda sebenarnya mempunyai potensi besar, namun sayang ditengah dahaganya mereka mencari jati diri, lalu bertemu jalan yang menyelisihi kita malah ikut lupa diri, bukannya mendorong mereka ke atas kita justru membodohi mereka dengan dalih kreativitas.
Bertolak belakang dengan generasi dalam sistem sekuler kapitalisme, generasi muda dalam Islam akan sangat diperhatikan, karena generasi muda adalah cikal bakal penerus perjuangan dan pengukir peradaban.
Pendidikan yang merupakan salah satu faktor penting dalam mempersiapkan generasi dan juga merupakan hak dasar bagi setiap warga negara akan sangat diprioritaskan, seluruh sarana dan prasarana terkait pendidikan akan disediakan secara adil dan merata.
Kebijakan dan kurikulum pendidikan yang sesuai syara akan melahirkan generasi yang tak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga beriman, bertaqwa, berakhlak mulia serta tangguh. Pelanggaran dalam pelaksanaan pendidikan akan ditindak tegas.
Read more info "Seonggok Eksistensi dan Jati Diri" on the next page :
Editor :Esti Maulenni