Badai PHK Industri Start Up, Rapuhnya Kapitalisme

Dikutip dari Investopedia, gelembung atau "bubble" adalah siklus ekonomi yang ditandai dengan eskalasi cepat nilai pasar, terutama pada harga aset. Inflasi yang cepat ini diikuti oleh penurunan nilai yang cepat, atau konstraksi, yang terkadang disebut sebagai "kecelakaan atau crash" atau "ledakan gelembung atau bubble burst".
Biasanya, gelembung diciptakan oleh lonjakan harga aset yang didorong oleh perilaku pasar yang bersemangat. Gelembung ekonomi terjadi setiap kali harga barang naik jauh di atas nilai riil barang tersebut.
Pada masa Pandemi, disaat kegiatan ekonomi riil dibatasi, maka muncullah peluang bisnis dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, web dan internet. Bak gula yang manis, mengundang para investor memberikan kontribusi penanaman modal.
Namun sayang, bukan dalam bentuk dana riil melainkan saham. Dan biasanya satu investor bisa membiayai lebih dari satu perusahaan. Inilah ciri khas kapitalisme, menghalalkan segala cara.
Pada awal pendirian perusahaan gelembung di pasar ekuitas dan ekonomi menyebabkan sumber daya ditransfer ke area dengan pertumbuhan cepat. Di akhir gelembung, sumber daya dipindahkan lagi ini menyebabkan harga turun.
Pada saat itulah, untuk menutupi kerugian di bagian produksi dan distribusi dilakukan pemutusan hubungan kerja . Sebab para investor sudah tidak lagi mendapatkan keuntungan karena anjloknya nilai surat saham di pasaran.
Meski menurut berita terakhir masih ada perusahaan startup yang masih mendapatkan suntikkan dana, seperti Amartha yang mendapatkan pendanaan dari Women’s World Banking Capital Partners II (WWB) dan MDI Ventures. Tetap saja tak bisa merealisasikan kesejahteraan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ya, keuntungan atau kebaikan perusahaan startup ini hanya dapat dinikmati oleh mereka yang paham teknologi, web dan internet. Surat berharga atau saham hanya bisa digerakkan bagi orang yang memang berkecimpung di dalamnya.
Read more info "Badai PHK Industri Start Up, Rapuhnya Kapitalisme" on the next page :
Editor :Esti Maulenni