Seonggok Eksistensi dan Jati Diri

SIGAPNEWS.CO.ID - Dunia anak-anak kita sedang tidak baik-baik saja. Belum lama rasanya kita disuguhi peristiwa yang membuat kita mengelus dada. Anak - anak di Citayam Fashion week yang bahkan diikuti oleh anak- anak di wilayah lain memamerkan busana suka suka, menggadaikan waktu dan sekolah mereka dengan dalih mencari seonggok eksistensi dan jati diri. Tak peduli meski mengganggu jalan, tak pulang bahkan tidur di jembatan.
Nurani kita makin teriris tatkala berita kasus perundungan kembali terulang, mengenaskan dan berakhir dengan kematian seorang siswa SD berusia 11 tahun. Peristiwa perundungan atau disebut juga bullying ini terjadi di Tasikmalaya.
Seorang anak kelas 6 SD yang dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya lalu kemudian direkam dan disebarkan videonya, mengalami depresi berat hingga sakit keras dan akhirnya meninggal dunia (detikJabar).
Kasus bullying di Tasikmalaya ini termasuk kategori bullying ekstrem. Menurut dr.Elvina Gunawan, Psikiater RSIA Limjati kota Bandung, bullying pada level anak anak biasanya terjadi secara fisik atau secara sosial.
Namun ini sudah diluar nalar. Anak anak lain pada kondisi normal tidak punya pikiran untuk menyuruh orang bersetubuh dengan binatang. Bullying seperti ini out of the book secara negatif.
Bullying adalah tindakan seseorang atau kelompok yang sengaja melakukan penindasan yang bertujuan untuk memberi kesenangan. Bullying terbagi dalam beberapa jenis diantaranya bullying secara verbal, fisik, nonverbal, hingga cyber bullying. Bullying seringkali terjadi di sekolah, rumah, tempat kerja, masyarakat hingga dunia Maya. Aktivitas bullying pun tak mengenal batas usia dan gender.
Read more info "Seonggok Eksistensi dan Jati Diri" on the next page :
Editor :Esti Maulenni