Stunting, Masih Menghantui Negeri Ini

SIGAPNEWS.CO.ID - Memiliki generasi yang sehat dan bermental kuat adalah dambaan setiap bangsa. Maka sudah seharusnya anak-anak bangsa dijaga, diperhatikan, diurusi, baik dalam segi pendidikan, kesehatan maupun asupan gizinya. Karena mereka adalah aset negeri, penerus peradaban.
Namun apa jadinya jika anak negeri terkena stunting?
Dalam hal ini, kasus stunting yang sedang melanda negeri ini bukanlah sekadar masalah kesehatan. Maka, untuk memenuhi asupan gizi setiap anak diperlukan biaya yang tidak sedikit, sedangkan kondisi rakyat hari ini justru dalam keadaan miskin ekstrim yang jauh dari kata sejahtera.
Di lansir dari www.cnnindonesia.com (Kamis, 06/04/2023) Mentri Keuangan(Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan saat rapat dengan Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu Luky Alfirman bahwasannya, betapa pentingnya mengatasi stunting. Subkegiatan stunting di pemerintah daerah bisa menembus 283, dengan total anggaran Rp77 triliun. Ia menyebut subkegiatan nomor dua paling menyedot anggaran pemberantasan stunting adalah koordinasi, yang anggarannya Rp240 miliar. Sementara itu, anggaran untuk makan bayi dinilai masih sangat kecil, hanya Rp34 triliun.
Miris. Anggaran dana yang harusnya diperuntukan untuk anak-anak entah kemana perginya. Sehingga saat ini sang ayah mengerahkan segenap daya upaya untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup.
Buah Sistem Ekonomi Kapitalis
Kasus stunting yang tak kunjung usai ini dianggap hal biasa saja bahkan dipandang sebelah mata oleh pemerintah daerah. Padahal, negeri +62 yang konon tersohor sebagai serpihan surga, bahkan terkenal dengan slogan "Negeri Gema Ripah Loh Jinawi", dimana segala jenis tanaman, hasil bumi yang melimpah ruah, begitu juga dengan hewan ternaknya. Namun sayang beribu sayang kenyataannya tidaklah demikian. Di tengah kekayaan alamnya yang kaya raya, justru banyak penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang sangat ekstrim. Maka wajar jika akhirnya sulit mengatasi stunting, sedangkan bantuan dari pemerintah nyatanya tidak tepat sasaran.
Padahal stunting bukan hanya perkara kesehatan saja. Ternyata menurut Perpres RI 72/2021, stunting dapat diartikan sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Sehingga sangat wajar jika kasus stunting masih terus menghantui negeri ini. Penyebabnya tiada lain adalah karena penerapan ekonomi kapitalis. Dimana dalam sistem ekonomi kapitalis ini negara lebih mengutamakan para pemilik pemodal ketimbang rakyatnya sendiri. Setiap aktivitas adalah bisnis dan bagaimana caranya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Walaupun mendapatkannya melalui jalan yang salah alias haram. Belum lagi di dalan sistem ini Sumber Daya Alam (SDA) boleh dikuasai swasta bahkan individu sehingga para pengusaha semakin jaya, sedangkan rakyat kian merana.
Islam Mengatasi Stunting
Anak-anak adalah aset yang sangat berharga. Mereka adalah calon pemimpin masa depan dan peradaban gemilang. Maka sudah semestinya negara mengayomi, melindungi, menjaga aset beharga tersebut dari segala marabahaya. Di dalam system Islam, negara akan menjamin kesejahteraan dan memastikan setiap individu rakyat, khususnya anak-anak. Semua kebutuhan pokoknya dijamin dengan berbagai mekanisme. Sejak ia berada dalam kandungan pun tidak luput perhatian dari negara. Negara akan memastikan asupan gizi yang masuk ke tubuh rakyatnya tidak hanya halal tetapi juga bergizi dan toyyib(baik). Dengan demikian insya Allah resiko terjadinya stunting pun dapat terhindarkan.
Tidak sampai disitu, di dalam sistem Islam, pengelolaan SDA tidak diserahkan kepada swasta, apalagi asing dan aseng. Seluruh hasilnya akan dikembalikan dan digunakan bersama-sama untuk rakyat. Sehingga rakyat menjadi sejahtera, tidak takut kekurangan gizi keluarganya.
Disamping itu, jika ada kepala keluarga atau laki-laki yang punya tanggungan namun belum bekerja, maka negara akan segera sigap untuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya agar para pencari nafkah tidak kesusahan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.
Maka dari itu butuh penerapan sistem Islam yang bukan hanya di bidang ekonomi saja, tetapi butuh penerapan Islam secara menyeluruh agar kesejahteraan hidup tercapai.
Wallahu'alam bishowwab
Novita Mayasari, S.Si - Pemerhati Generasi
Editor :Esti Maulenni