Kontroversi Antara Sepakbola, Piala Dunia, dan Pembelaan Terhadap Palestina

SIGAPNEWS.CO.ID - Sepak bola merupakan bagian dari olahraga yang sangat digemari oleh seluruh kaum adam yang ada di seluruh dunia. Rasanya belum afdal jika olahraga ini tidak disukai para laki-laki. Namun, akan lebih bergengsi jika olahraga ini masuk di Piala Dunia. Negara penyelenggaranya pun tentu akan berbangga. Namun, tidak demikian jika timnasnya berasal dari Israel yang merupakan negara penjajah Palestina tentu akan berbeda penerimaannya, sebagaimana kita pahami negara Israel merupakan negara penjajah Palestina. Mirisnya Indonesia sebagai negara yang mayoritas muslim terbesar digadang-gadang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Beberapa tokoh sepakat termasuk politisi menolak kedatangan timnas Israel yang dikhawatirkan menimbulkan gejolak di dalam negeri.
Gubernur Bali I Wayan Koster mengirimkan surat resmi kepada Menteri Pemuda dan Olahraga, menolak kedatangan timnas Israel untuk bertanding di Bali dalam kompetisi Piala Dunia U20, Jumat (24/3), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengambil kebijakan serupa. Alasan kedua gubernur adalah untuk menggarisbawahi dukungan dan komitmen bagi kemerdekaan Palestina.(VOAIndonesia, 25/3/20223)
Dikutip dari KOMPAS.com – Saat meninjau Kawasan Ekonomi Khusus Lido di Jawa Barat Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespons sikap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster yang menolak kehadiran tim nasional (timnas) Israel ke Indonesia untuk berlaga dalam Piala Dunia U-20 2023. Menurut Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi. Bukan hanya itu menurutnya bahwa persoalan politik tidak dicampuradukkan dengan olahraga karena negara kita adalah negara demokrasi. Ada wilayah politik ada wilayah bola tegasnya.
(KOMPAS.com, 31/3/2023)
Persepakbolaan di Indonesia memang sedang kisruh dari mulai tragedi Kanjuruhan hingga penolakan timnas Israel di Piala Dunia. Bukan suatu hal yang aneh jika kondisi ini terjadi semua akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme. Persoalan olahraga berupaya dipisahkan dari politik sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh penguasa di negeri ini. Mungkin bagi sebagian orang tentu akan menyetujui pernyataan tersebut, tetapi jika ditelaah secara mendalam yang namanya sepakbola dan Piala Dunia erat sekali hubungannya dengan masalah politik.
Piala Dunia merupakan bagian perhelatan bergengsi untuk menunjukkan kepada dunia tentang jatidiri suatu negara dalam bidang sepakbola. Negara-negara yang bergabung dalam sebuah organisasi dunia yakni FIFA harus siap suatu saat untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia tersebut. Negara-negara yang lolos dalam kompetisi tersebut akan diikutsertakan dalam perhelatan bergengsi tersebut. FIFA sebagai organisasi dunia sepakbola akan diperbolehkan atau dibatalkan jika dirasa sesuai kepentingan mereka. Tak peduli itu negara sebagai negara penjajah atau tidak, sebagaimana Israel yang lolos dalam keikutsertaan dalam Piala Dunia tersebut. Bagi bangsa Indonesia yang merupakan negara muslim kehadiran timnas Israel menjadi sebuah polemik. Hal tersebut karena Israel merupakan negara penjajah Palestina. Sementara menurut konstitusi negara kita didalam UUD 1945 penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Seperti amanat yang disampaikan oleh Bung Karno dahulu yang melarang tim Indonesia melawan tim Israel dalam kualifikasi Piala Dunia tahun 1958 di Yugoslavia, dan penolakan tim Israel di Asian Games tahun 1962 di Jakarta. Hal ini menjadi bukti konkret latar belakang penolakan terhadap keikutsertaan timnas Israel.
Read more info "Kontroversi Antara Sepakbola, Piala Dunia, dan Pembelaan Terhadap Palestina" on the next page :
Editor :Esti Maulenni