Islam Membentuk Karakter Anak Pribadi Berakhlak Mulia

SIGAPNEWS.CO.ID - Bullying atau penindasan merupakan kekerasan baik secara mental, maupun fisik. Yang dilakukan oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat, kepada orang yang lemah dengan sengaja untuk menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus. Sayangnya, saat ini kasus tersebut sering terjadi dikalangan masyarakat terutama dilingkungan sekolah.
Seperti dilansir dari Tribunnews.com, 21 Mei 2023. Anak kelas 2 SD di Sukabumi, Jawa Barat dengan inisial MHD (9) dinyatakan meninggal dunia setelah koma akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada hari Senin (15/5/2023) lalu. Menurut pengakuan kakek korban, MHD mengalami pengeroyokan selama dua hari, pada hari pertama korban mengeluh sakit, dan sang kakek menyarankan untuk tidak bersekolah terlebih dahulu, namun anak ini memaksa masuk sekolah. Akhirnya terjadi lagi pengeroyokan, di hari kedua ini korban mengalami kejang-kejang dan langsung dibawa ke rumah sakit, serta dilakukan visum. Dari hasil visum tersebut terdapat luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak.
Setelah dinyatakan meninggal dunia, Polresta Sukabumi kota langsung melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut. Menurut Kapolsek Sukaraja, Kompol Dedi Suryadi, mengatakan bahwa kasus pengeroyokan masih dalam penyelidikan. (Tribunnews.com, 21 Mei 2023).
Sungguh miris ketika melihat fakta di atas, seharusnya anak-anak di sekolah fokus dalam belajar, namun kondisi ini justru membuat anak tidak nyaman dalam proses pembelajaran. Lalu di mana pihak guru ketika terjadi kasus bullying ini? Sepertinya kasus bullying saat ini telah menjadi trend di kalangan anak muda, bahkan banyak fakta-fakta serupa yang terjadi mulai dari usia SMA, SMP, bahkan anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Lalu apa penyebab dari maraknya kasus bullying saat ini? Berikut beberapa faktor penyebabnya :
1. Keluarga, di mana situasi di dalam rumah penuh dengan konflik, sehingga situasi ini anak akan menjadi pribadi yang lebih agresif,
2. Sekolah yang abai, ketika ada kejadian bullying pihak sekolah acuh tak acuh, dan tidak memberikan sanksi yang tegas,
3. Faktor kelompok sebaya, sebab ketika seorang anak ingin menjadi anggota suatu kelompok, anak tersebut akan melakukan bullying agar dianggap berkuasa,
4. Kondisi lingkungan sosial, dalam situasi ini biasanya karena faktor kemiskinan,
5. Tayangan televisi dan media cetak, banyak media saat ini menayangkan tontonan yang dapat membentuk karakter bullying pada anak.
Itulah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus bullying. Namun yang paling penting adalah kurangnya pendidikan yang dapat membentuk karakter seseorang menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Bagaimana tidak, dalam sistem sekuler kapitalis ini sistem pendidikan hanya fokus bagaimana mencetak tenaga kerja dengan memiliki keahlian, dan siap terjun kedunia kerja. Tanpa mementingkan pembentukan karakter pada generasi muda.
Jadi jelas bahwa dalam sistem sekuler kapitalis ini, pendidikan hanya bertujuan untuk dijadikan mesin pencetak tenaga kerja, dan menghilangkan peran agama dalam pendidikan, sehingga mengakibatkan generasi yang lahir dari sistem pendidikan sekuler kapitalis ini, tidak memiliki nilai-nilai agama dan menjadikan kepuasan materi sebagai tolak ukur kebahagiaan.
Sistem sekuler kapitalis juga gagal dalam memberikan sanksi terhadap pelaku bullying. Sebab sistem ini tidak mampu mengatasi sampai keakar permasalahan. Justru banyak yang meniru adegan serupa sebab sanksi yang diberikan kurang tegas.
Berbeda ketika sistem Islam yaitu khilafah diterapkan, perbuatan bullying tidak akan terjadi baik di lingkungan sekolah, masyarakat, bahkan keluarga. Karena dalam Islam perilaku bullying merupakan perbuatan amoral atau tercela, yang dapat merugikan orang lain. Oleh sebab itu Islam sangat melarang perbuatan mengolok-olok orang lain, atau memperlakukan mereka dengan buruk. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS.Al-Hujurat ayat 11: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS.Al-Hujurat:11).
Dalam kasus ini bukan hanya pihak sekolah saja yang harus bertanggung jawab, melainkan juga peran orang tua, masyarakat, serta negara. Orang tua harus dapat menanamkan akidah Islam sejak dini, dan memberi pengetahuan serta contoh yang baik dalam perilaku maupun saat berbicara harus menggunakan kata-kata yang ahsan. Ketika bullying terjadi di lingkungan masyarakat, maka masyarakat jangan abai terhadap perilaku tersebut. Dan juga negara berperan untuk melindungi rakyatnya dari segala bentuk tindak kekerasan baik secara fisik maupun mental.
Selain di atas yaitu kurikulum pendidikan harus sesuai dengan sistem pendidikan Islam. Di mana menjadikan akidah Islam sebagai landasan. Pendidikan dalam Islam juga memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk kepribadian Islam, menanamkan tsaqofah Islam atau membentuk pola pikir dan pola jiwa sesuai dengan syariat Islam, serta mengajarkan berbagai ilmu, dan mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan. Oleh sebab itu generasi yang lahir dari sistem pendidikan Islam akan memiliki akidah dan akhlak yang baik, sehingga mereka akan berprilaku sesuai dengan syariat Islam. Dan tidak akan menjadikan materi sebagai tolak ukur kebahagiaan.
Dan hukum dalam Islam pun mampu menyelesaikan segala bentuk problematika kehidupan sampai keakarnya. Tidak hanya memberikan efek jera pada pelaku, tetapi dapat memberikan pelajaran bagi yang menyaksikan. Sehingga tidak akan ada lagi kasus-kasus yang serupa. Wallahu'alam bishshowab
Editor :Esti Maulenni